Erick Thohir: Perusahaan Uni Emirat Arab Siap Kucurkan Rp31,2 T untuk Bahan Baku Bodi Mobil Listrik
JAKARTA - Pemerintah terus mengencarkan program hilirisasi. Tidak hanya mendorong hilirisasi nikel, tapi juga akan memperluas ke komoditas bauksit. Bahkan, sudah ada perusahaan asal Uni Emirat Arab yang siap kucurkan dana 2 miliar dolar AS atau setara Rp31,2 triliun (asumsi kurs Rp15.600 per dolar AS).
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan terkait dengan program hilirisasi pada komoditas bauksit ini, pemerintah sedang mendorong pengembangan green aluminium. Adapun green alumunium merupakan bahan baku untuk bodi mobil listrik.
Lebih lanjut, Erick mengatakan sudah ada perusahaan asal Uni Emirat Arab, Emirates Global Aluminium (EGA) akan berinvestasi untuk menciptakan green aluminium.
“Bauksit kan kita sudah punya Inalum. Kita sudah bicara dengan EGA UAE untuk mulai menciptakan green aluminium, supaya bisa dipakai untuk market-market di luar negeri yang dibutuhkan untuk body mobil listrik,” kata Erick Thohir saat ditemui di JIEXpo Kemayoran, Jakarta, Minggu, 18 Februari.
Baca juga:
Erick bilang perusahaan asal Uni Emirat Arab ini akan berinvestasi hampir 2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp31,2 triliun pads hilirisasi bauksit. Erick pun berharap hilirisasi ini dapat menekan impor aluminium.
“Investasinya itu hampir 2 miliar dolar AS dan kalau kita bisa menghasilkan ini yang tadinya aluminium kita 60 persen impor kita bisa kurangin. Sehingga kita bisa mengamankan hampir Rp53 triliun transaksi Indonesia dan internasional,” tuturnya.
Lebih lanjut, Erick mengatakan, hilirisasi bauksit akan dilakukan pada tahun ini dan akan terlihat hasilnya pada 2027. Sedangkan untuk hilirisasi nikel sendiri sudah lebih dulu berjalan yakni sejak 2015-2016.
“Ini bauksit kita baru mulai tahun ini, nanti kita akan lihat 2027 bauksit itu,” ucapnya.
Erick bilang nota kesepahaman atau MoU terkait hilirisasi bauksit dengan Uni Emirat Arab sebenarnya sudah diteken. Namun, hilirisasi tersebut sempat terkendala pasokan listrik hijau.
“Kan kita sudah ada MoU tetapi waktu itu ada kesulitan untuk listrik hijaunya. PLN sudah punya komitmen memberikan solusi listrik hijau, jadi ini yang kita dorong,” jelasnya.