Airlangga Bantah Kelangkaan dan Tingginya Harga Beras Akibat Bansos

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membantah kabar bantuan sosial (bansos) pangan beras menjadi penyebab dari kelangkaan dan tingginya harga beras. 

"Tidak (bukan karena bansos), bansos kan jalan terus dan ini sudah dari tahun kemarin juga sudah jalan," kata Airlangga usai pencoblosan di TPS 05 Melawai, Rabu 14 Februari. 

Menurut Airlangga dari segi pertanian musim panen di Indonesia mundur sekitar dua bulan sehingga menjadi penyebab produksi beras dalam negeri mengalami kemunduran yang awalnya dari Maret hingga April menjadi April, Mei, dan Juni.

"Sehingga kemarin pemerintah memutuskan untuk impor, dan sekarang realisasinya masih ada sekitar 1,6 juta (ton beras) lagi untuk masuk," ujarnya. 

 

Airlangga menerangkan saat ini stok beras di Bulog mencapai sekitar 1,2 juta ton dan berdasarkan hasil rapat bersama Presiden dan Kementerian/Lembaga terkait, diputuskan bahwa Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) akan ditingkatkan peredarannya dalam mengatasi kekurangan stok di ritel.

Selain itu, pemerintah juga akan terus meningkatkan SPHP yang masuk ke pasar menjadi 250.000 ton per bulan dari awalnya 150.000 ton per bulan. Serta akan mempermudah akses distribusi beras ke masyarakat. 

"Jadi untuk beberapa wilayah, didistribusi, silahkan pakai kiloan yang lebih besar dan di lapangan diberi kesempatan untuk dilakukan repackaging, katakanlah dari ukuran 20 kg, 50 kg, ke 5 kg dan ongkosnya diganti. Itu kemarin solusi yang diberikan," ucapnya.