Bagikan:

JAKARTA - Calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menilai penyaluran bantuan sosial (bansos) cadangan beras besar-besaran oleh Presiden Joko Widodo tak efektif mengendalikan harga beras yang terus meroket.

Bantuan beras ini telah disalurkan pemerintah sejak beberapa hari sebelum pelaksanaan Pemilu 2024. Namun, hingga kini, harga beras belum juga stabil.

Per Kamis, 22 Februari 2024, Panel Harga Badan Pangan mencatat harga beras premium naik ke Rp16.270 per kilogram dan harga beras medium naik menjadi Rp14.230 per kilogram.

“Gerojokan bansos yang besar-besaran jelang pemungutan suara lalu kepada 21,35 juta keluarga ternyata juga belum mampu menstabilkan harga,” kata Cak Imin dalam keterangannya, Jumat, 23 Februari.

Wakil Ketua DPR

ini mengingatkan agar pemerintah berhati-hati menangani kelangkaan beras. Sebab, kebutuhan beras dipastikan akan meningkat menjelang datangnya bulan Ramadan hingga hari raya Idul Fitri.

“Pemerintah benar-benar harus serius menangani pasokan maupun harga beras di pasaran sebab kedepan kebutuhan semakin meningkat seiring hadirnya bulan Ramadan dan Idul Fitri. Jangan sampai harga beras kian tak terkendali sehingga kian membebani pengeluaran masyarakat kita,” tutur Cak Imin.

Ketua Umum DPP PKB tersebut menegaskan, kelangkaan dan tingginya harga beras memanaskan situasi sosial-politik jika tidak dikelola dengan baik.

“Beras ini soal perut, jika tidak ditangani secara hati-hati dan seksama masyarakat bisa jadi gelap mata. Apalagi jika respons pemerintah ringan saja dengan memberikan janji kelangkaan dan mahalnya harga beras bisa diatasi dua atau tiga minggu saja,” tegasnya.

Menurutnya, berbagai kendala penyediaan pasokan beras diantisipasi dengan strategi ketahanan pangan yakni menjadikan petani sebagai subyek utama terciptanya ketahanan pangan nasional.

"Kepemilikan lahan petani harus memadai, pasokan benih unggul dan pupuk harus dijamin, teknologi pertanian harus mulai digunakan hingga harus jaminan harga saat panen raya. Jadi jangan seperti sekarang sedikit-sedikit impor yang ujungnya merugikan petani kita,” pungkas Cak Imin.