Pasca IPO, Harta Djaya Karya Targetkan Pendapatan Sebesar Rp63 Miliar
JAKARTA - PT Harta Djaya Karya Tbk (MEJA) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin 12 Februari 2024. Pada perdagangan perdana, saham MEJA naik 5,83 persen ke posisi harga Rp 109 per saham pada pukul 09.10 WIB.
Adapun, MEJA melepas sebanyak-banyaknya 480 juta saham atau 25,03 persen dari modal disetor setelah IPO yang ditawarkan dengan harga penawaran umum sebesar Rp103 per saham. Sehingga, MEJA berhasil mendapatkan dana segar sebesar Rp49,44 miliar.
Direktur Utama MEJA Richie Adrian Hartanto mengatakan, perseroan mengincar pendapatan sebesar Rp63 miliar di tahun 2024.
“Target revenue kami tahun ini Rp63 miliar. Namun, kami yakin kemungkinan di kuartal II 2024 sudah tercapai,” ujarnya saat ditemui usai IPO MEJA, Senin 12 Februari.
Namun, dirinya optimis bahwa pertumbuhan pendapatan di tahun ini sekitar 40 persen dari total pendapatan di tahun 2023. Namun, Richie belum menjelaskan berapa total pendapatan MEJA di tahun 2023.
Sementara, Richie mengatakan untuk target laba akan tumbuh sekitar 12 persen dari total pendapatan yang diperoleh.
Richie juga berkomitmen akan membagikan dividen kepada pemilik saham maksimal sebesar 35 persen.
“Terkait pembagian dividen yang akan diberikan kepada investor pada jangka panjangnya tentu saja maksimal kami di level 35 persen,” ujarnya.
Richie menegaskan, dividend payout ratio (DPR) tersebut menggunakan basis angka laba bersih perusahaan. Sementara berdasarkan prospektus, manajemen berusaha membayarkan dividen tunai kepada pemegang saham sebanyak-banyaknya 50 persen dimulai pada 2024 berdasarkan laba bersih 2023.
Richie menambahkan bahwa perseroan kedepannya akan menambah bisnis pada sektor pemasok sekaligus pemain ritel interior, dari sebelumnya fokus pada layanan interior.
“Tapi utamanya adalah kami menggunakan pengalaman yang udah kami jalani sehingga kami bisa tahu barang-barang atau service apa yang akan bisa kami kembangkan ke depannya,” ujar Richie.
Baca juga:
Rencananya, dana hasil IPO akan digunakan untuk beberapa hal. Sekitar 72 persen atau Rp32,716 miliar akan digunakan untuk modal kerja perseroan diantaranya untuk pembelian persediaan bahan baku, biaya kontraktor, desain interior dan pengadaan furnitur.
”Anggaran belanja modal akan kami pakai untuk proyek tersebut sekitar Rp30 miliar,” jelasnya.
Kemudian sekitar 24 persen atau Rp10,905 miliar akan digunakan untuk pembelian aset tetap berupa peralatan kerja kantor peralatan kerja proyek dan kendaraan.
“IPO ini juga akan memberikan peluang bagi Perseroan untuk membentuk kemitraan strategis yang lebih erat dan merambah pasar industri konstruksi dengan lebih luas,” ucapnya.