Croissant, Kue Berwarna Keemasan dan Tidak Belepotan saat Dimakan
JAKARTA – Teman kopi dan teh yang dikenal kental dengan Paris ini disebut croissant. Croissant, melansir VOI, Kamis, 25 Februari, pernah diperebutkan sebagai makanan asli dua negara yaitu Prancis dan Austria.
Ada berbagai versi mengenai sejarah croissant. Yang paling menegangkan adalah perebutan tempat lahir serta keasliannya. Dilansir dari Paris Unlocked, secara de facto Prancis menelusuri hingga mendalami bagaimana membuat bentuk kue bulan sabit yang benar.
Kemudian dibuatlah standar global tentang bagaimana croissant harus dibuat. Secara luas, kue kipferl dari Austria dianggap sebagai nenek moyang croissant. Kue pastry lezat ini banyak ditemui di Wina. Pertama kali dihidangkan tahun 1963 untuk merayakan kekalahan Ottoman.
Legenda mengenai dua kue ini sangat kabur sebab ada berbagai versi. Namun, tercatat nama seorang pembuat roti Adam Spiel yang secara heroik membagikan kue berbentuk bulan sabit yang disebut Hörnchen untuk merayakan kemenangan.
Meskipun sebenarnya kipferl tersebar di seluruh kawasan Eropa Timur sejak abad 13. Kerap kali pada masa itu kue pastry disandingkan dengan rugelach. Kipferl dibuat dari lima bahan, atara lain susu, tepung terigu, gula, mentega, dan sedikit garam.
Dari lima bahan tersebut, beberapa diolah dan jadinya malah mirip bagel. Barbara Van Melle menuliskan buku berisi penelusuran croissant dan kipferl. Ternyata berdasarkan tekstur dan rasa, keduanya berbeda. Kipferl lebih manis, lebih padat, dan lebih sedikit mentega.
Baca juga:
Seorang sejarawan makanan Jim Chevallier mencatat bahwa pada tahun 1683, saat pengepungan Ottoman di Wina adalah momen pertemuan dua kue tersebut. Kemungkinan besar, croissant diperkenalkan ke Prancis di toko roti di Paris bernama Boulangerie Viennoise tahun 1837.
Para sejarawan juga mengatakan bahwa croissant populer di Prancis selama abad ke-19. Sedangkan pada abad 20 banyak berjajar toko-toko roti yang memajang croissant sebagai salah satu menunya. Meski ada juga croissant beku dengan kualitas rendah, namun kue ini jadi ikon besar-besaran di kota fashion, Paris.
Sebab besarnya arus perkembangan croissant dari Wina ke Eropa Timur hingga Paris menuju Amerika, ada etiket dalam menikmati kue panggang ini. Agar tidak berantakan, kue berwarna emas ini dipegang ‘cantik’ dengan jari telunjuk dan ibu jari.
Oleskan selai kacang, coklat atau topping lainnya dengan sendok untuk melengkapi rasa buttery yang elegan dan tidak belepotan saat dimakan.