NASA Luncurkan Satelit Pemantau Bumi untuk Pelajari Lautan dan Atmosfer

JAKARTA – Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) berhasil meluncurkan satelit Plankton, Aerosol, Climate, ocean Ecosystem (PACE) ke orbit. Satelit ini lepas landas pada Kamis, 8 Februari lalu.

Alat untuk mengamati Bumi ini meluncur dari Space Launch Complex 40 di Stasiun Luar Angkasa Cape Canaveral dengan menggunakan Falcon 9, salah satu roket kebanggaan SpaceX. Lima menit setelah peluncuran, sinyal satelit berhasil diterima oleh NASA.

Administrator Bill Nelson menyambut peluncuran tersebut dan memberikan selamat kepada tim yang bertugas. Menurut Nelson, satelit ini akan mendukung agenda perubahan iklim yang dibuat oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

“Selamat kepada tim PACE atas keberhasilan peluncurannya. Dengan penambahan armada satelit pengamatan Bumi milik NASA ini, PACE akan membantu kita mempelajari (Bumi) dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya,” kata Nelson.

PACE merupakan salah satu misi yang dirancang oleh NASA. Satelit ini akan digunakan untuk mempelajari kesehatan laut, kualitas udara, serta dampak dari perubahan iklim bagi manusia. Satelit ini juga akan mempelajari dampak mikroskopis di air dan udara.

Data yang dihasilkan satelit PACE akan terlihat dalam bentuk spektrum sinar ultraviolet, sinar tampak, dan inframerah-dekat. Dengan data yang diperoleh oleh satelit tersebut, para ilmuwan bisa melacak distribusi fitoplankton dan organisme dalam skala global.

Secara spesifik, penelitian terhadap mikroskopis ini akan membantu para ilmuwan dalam memperkirakan kesehatan perikanan, melacak pertumbuhan organisme autotrof yang berbahaya, dan mengidentifikasi berbagai perubahan di dalam laut.

PACE akan bekerja dengan dua instrumen polarimeter yang dibawa, yaitu Hyper-Angular Rainbow Polarimeter #2 dan Spectro-polarimeter untuk Eksplorasi Planet untuk memantau sinar matahari yang berinteraksi secara aktif dengan partikel di atmosfer.

Dua instrumen ini akan fokus meneliti aerosol, sifat-sifat awan, dan kulitas udara dalam skala lokal, regional, hingga global. Data dari dua instrumen ini akan digabungkan dengan data PACE untuk mengetahui pengaruh dari perubahan iklim.