China Kembali Serukan Penghormatan Wilayah dalam Konflik Timur Tengah

JAKARTA - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin kembali menyerukan agar pihak-pihak terkait di Timur Tengah dapat menghormati kedaulatan wilayah supaya konflik tidak semakin memanas di kawasan tersebut.

"Kami mendesak pihak-pihak terkait untuk tetap tenang, menahan diri, dengan sungguh-sungguh mematuhi Piagam PBB dan hukum internasional, menghormati kedaulatan dan integritas wilayah negara lain," kata Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China dilansir ANTARA, Selasa, 6 Februari.

Hal tersebut menjawab pertanyaan wartawan soal pernyataan terbaru wakil China dan Rusia dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Senin (5/2/2024) yang kompak menuding Amerika Serikat (AS) telah memanaskan ketegangan yang sudah sengit di Timur Tengah dengan melakukan sejumlah serangan terhadap milisi pro-Iran di Irak dan Suriah.

"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa situasi di Timur Tengah sangat kompleks dan rumit," imbuh Wang Wenbin.

Wang Wenbin menyebut, dengan menghormati kedaulatan negara lain dapat mencegah situasi di kawasan semakin memanas atau bahkan menjadi tidak terkendali.

Militer AS diketahui menyerang puluhan target terkait Iran di wilayah Irak dan Suriah pada 2-3 Februari 2024 sebagai balasan atas serangan "drone" yang menewaskan tiga tentara AS di pangkalan Yordania pada 28 Januari 2024.

Serangan-serangan udara AS yang menargetkan unit pasukan elite Iran dan kelompok milisi yang didukung Teheran, tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza bisa berubah menjadi konflik regional.

Duta Besar Rusia untuk PBB, Vasily Nebenzia mengatakan serangan udara AS secara spesifik dan sengaja bertujuan untuk memicu konflik

Sedangkan Duta Besar China untuk PBB, Jun Zhang melontarkan tudingan bahwa tindakan AS pasti memperburuk lingkaran kekerasan di Timur Tengah.

Serangan Israel pada 7 Oktober 2023 yang menghancurkan Jalur Gaza di Palestina memang telah berkembang di kawasan Timur Tengah, memicu rentetan tindak kekerasan yang melibatkan kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Irak, Suriah, dan Yaman.

Sementara Gedung Putih menyatakan bahwa pihaknya merencanakan tindakan pembalasan yang lebih besar.