Rupiah Diproyeksikan Menguat, Faktor Eksternal Masih Membayangi
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Rabu 31 Januari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak fluktuatif namun ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Selasa 30 Januari, Kurs rupiah spot di tutup memguat 0,19 persen Rp15.780 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup naik 0,18 persen ke level harga Rp15.796 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan para pedagang telah mengurangi kemungkinan bahwa bank sentral AS akan menurunkan suku bunga pada bulan Maret menjadi 48 persen, dari 89 persen pada bulan lalu, menurut FedWatch Tool dari CME Group, karena data tersebut memperkuat pandangan bahwa perekonomian AS tetap solid.
"The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada hari Rabu dan investor akan fokus pada komentar Ketua Fed Jerome Powell, setelah ia mengindikasikan pada bulan Desember bahwa The Fed beralih ke siklus penurunan suku bunga." ujarnya dalam keteranganya dikutip Rabu 31 Januari.
Ibrahim menyampaikan Departemen Keuangan AS akan meminjam 760 miliar dolar AS pada kuartal pertama 2024, angka tersebut 55 miliar dolar AS lebih rendah dari perkiraan bulan Oktober.
Selain itu, Investor juga mewaspadai meningkatnya risiko geopolitik setelah tiga anggota militer AS tewas dalam serangan pesawat tak berawak terhadap pasukan AS di timur laut Yordania dekat perbatasan Suriah.
Ibrahim juga menyampaikan di Eropa, Bank Sentral Eropa pada hari Kamis akan mempertahankan suku bunga pada rekor tertinggi 4 persen dan menegaskan kembali komitmennya untuk memerangi inflasi bahkan ketika waktu untuk mulai mengurangi biaya pinjaman semakin dekat.
Dari sisi internal, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengaminin pemerintah dan para ekonom, bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia optimis akan mampu kembali menyentuh angka 5 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada tahun 2023. Meski dalam suasana global yang tidak pasti dan cenderung melambat, ekonomi Indonesia tetap bertahan dengan baik alias resilien. Utamanya, permintaan domestik menjadi penopang dan sebagai substitusi pelemahan eksternal.
Ibrahim menyampaikan optimistisnya capaian ekonomi 2023 tersebut diproyeksi berlanjut dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,05 persen year to date (ytd) pada kuartal III 2023, didukung oleh konsumsi dan investasi.
Adapun aktivitas konsumsi masyarakat yang masih kuat, didukung oleh tingkat inflasi yang relatif terkendali juga penurunan tingkat pengangguran serta peran APBN, secara aktif menjadi shock absorber untuk menjaga daya beli masyarakat sepanjang 2023.
Baca juga:
Menurut Ibrahim, dari kuartal pertama 2023 pun kinerja investasi terus mengalami tren penguatan, sejalan dengan percepatan penyelesaian proyek strategis nasional (PSN).
Bukti resilien lainnya adalah PMI manufaktur Indonesia yang terus konsisten pada zona ekspansif atau lebih dari 50 poin. Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi 2023 pada 5 Februari mendatang.
Dalam dokumen Bank Dunia Global Economic Prospect (GEP) yang terbit pada awal Januari 2024, estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan stabil di angka 5 persen, meskipun lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,3 persen (yoy).
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Rabu 31 Januari dalam rentang harga Rp15.750- Rp15.830 per dolar AS.