Rupiah Diproyeksikan Menguat, Ini Sentimennya
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa 30 Januari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak fluktuatif namun ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Senin 29 Januari, Kurs rupiah spot di tutup memguat 0,09 persen Rp15.810 per dolar AS.

Sementara kurs rupiah Jisdor ditutup naik 0,02 persen ke level harga Rp15.825 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan investor bersiap untuk serangkaian data ekonomi penting AS seperti data non-farm payrolls untuk bulan Januari dan peristiwa penting yang dipimpin oleh pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dan pengumuman pengembalian dana Departemen Keuangan.

"Laporan terakhir ini akan menguraikan persyaratan pinjaman pemerintah AS untuk kuartal mendatang. Data menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) meningkat 0,2 persen bulan lalu setelah penurunan 0,1 persen yang tidak direvisi pada bulan November." ujarnya dalam keteranganya dikutip Selasa, 30 Januari.

Ibrahim menyampaikan, dalam 12 bulan hingga Desember 2023, indeks harga PCE meningkat 2,6 persen, menyamai kenaikan bulan November yang belum direvisi. Angka-angka tersebut sesuai dengan ekspektasi konsensus.

Tingkat inflasi tahunan berada di bawah 3 persen selama tiga bulan berturut-turut

Ibrahim juga menyampaikan pasca data inflasi, pasar berjangka suku bunga AS memperhitungkan peluang pelonggaran sekitar 47 persen pada pertemuan bulan Maret, turun dari probabilitas 51 persen pada Kamis malam, dan peluang 80 persen yang diperhitungkan pada dua minggu lalu, menurut aplikasi probabilitas suku bunga LSEG.

Pasar sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga pertama yang akan terjadi pada pertemuan bulan Mei, dengan probabilitas sekitar 90 persen, turun sedikit dari Kamis malam, yaitu sebesar 94 persen. Sekitar lima penurunan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin telah diperkirakan pada tahun ini.

Dari sisi internal, Pemerintah juga mengaminin para ekonomi, yang tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 mampu mencapai di atas 5 persen.

Demikian juga dengan tahun ini, perekonomian Indonesia diramal akan semakin tinggi dan jauh dari kata resesi, walaupun gejolak geopolitik terus memanas.

Ibrahim menyampaikan pada kuartal ketiga 2023 perekonomian memang masih di bawah 5 persen, yakni 4,94 persen.

Namun, jika dilihat dari sejumlah indikator, pada akhir tahun atau kuartal keempat 2023 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai di atas 5 persen.

Hal tersebut bisa dilihat dari indikator makro ekonomi.

Optimisme tersebut, tercermin dari laju inflasi yang makin melandai. Pada Desember 2023 inflasi sebesar 2,61 persen, berada di kisaran target yang ditetapkan pemerintah 2,5 persen plus minus 1 persen.

Kemudian, rasio utang di tahun 2023 semakin membaik di kisaran 38,7 persen. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan tahun 2021 dan 2022.

Dari sisi neraca perdagangan juga masih mencetak surplus meski terjadi menurunan dibandingkan 2022.

Penurunan ini terjadi salah satunya karena harga komoditas yang menurun.

"Di mana neraca perdagangan RI surplus 40 bulan berturut-turut, meskipun di 2023 menurun dibandingkan 2022 menjadi 36,9 miliar dolar AS dari sebelumnya 54 miliar dolar AS" Jelasnya.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Selasa 30 Januari dalam rentang harga Rp15.780- Rp15.840 per dolar AS.