Ganjar Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Hatta di Banda Neira
JAKARTA - Calon wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo mengunjungi sejumlah situs bersejarah saat menyambangi Banda Neira, Maluku, salah satunya adalah rumah pengasingan Bung Hatta, yang saat ini diabadikan menjadi museum.
Di tempat itu, Ganjar berkeliling ke komplek dan ruangan rumah. Termasuk ke ruang tamu dan ruang kerja, juga taman dan bangunan di bagian belakang.
Di bagian belakang itu masih terdapat bangku-bangku kelas lengkap dengan papan tulis warga hitam. Konon, bangunan itu dijadikan sekolahan bagi warga sekitar oleh Bung Hatta.
“Ini adalah tempat bersejarah, saat itu Bung Hatta diasingkan oleh penjajah. Dan ini masih ada bangku untuk sekolah anak-anak sekitar sini,” ujar Ganjar dalam keterangan tertulis dilansir ANTARA, Selasa, 30 Januari.
Ganjar mengaku kagum dengan semangat Bung Hatta. Meski berada di pengasingan, masih memikirkan pendidikan bagi warga sekitar.
“Luar biasa semangatnya. Tentu itu harus menjadi inspirasi dan semangat orang-orang sekarang bahwa pendidikan bagi Bung Hatta sangat penting,” kata Ganjar.
Capres yang berpasangan dengan Mahfud MD itu juga punya semangat yang sama soal pendidikan.
Di dalam programnya, fokus memberikan akses pendidikan bagi warga miskin melalui program Satu Keluarga Miskin Satu Sarjana. Selain itu, juga dengan program Internet Gratis dan Merata sebagai media pendukung belajar bagi pelajar.
“Saat itu Bung Hatta memberi akses bagi masyarakat, satu keluarga satu orang bisa sekolah di situ. Rasa-rasanya itu bagus untuk terus diterapkan saat ini,” tuturnya.
Baca juga:
Diketahui, Pulau Banda Neira pernah menjadi pusat perdagangan pala dan fuli (bunga pala) dunia. Banda Neira menjadi satu-satunya pulau penghasil rempah-rempah bernilai tinggi hingga pertengahan abad ke-19. Itulah yang membuat bangsa Eropa kepincut untuk menguasai.
Pulau yang berpenduduk 14.000 jiwa itu juga dijadikan tempat pengasingan pejuang nasional pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Beberapa di antaranya Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, dan Cipto Mangunkusumo.