Arthur Hayes Prediksi Harga Bitcoin Jatuh ke Kisaran 30.000 Dolar AS
JAKARTA - Arthur Hayes, mantan CEO bursa kripto BitMEX, kembali meramalkan penurunan harga Bitcoin (BTC) ke kisaran 30.000 (Rp475 jutaan) hingga 35.000 dolar AS (Rp554 jutaan) dalam waktu dekat. Dalam tulisannya yang terbaru berjudul "Yellen or Talkin’?", Hayes mengaitkan prediksinya dengan kebijakan moneter Federal Reserve AS dan kondisi pasar keuangan global.
Hayes menilai bahwa penurunan sebesar 20% harga BTC belakangan ini mungkin hanya puncak gunung es, dengan koreksi sebesar 30% dari titik tertinggi setelah persetujuan Exchange-Traded Fund (ETF) sebesar 48.000 dolar AS. Menurut pengamatan analisis teknikalnya, kondisi saat ini menempatkan level support di antara 30.000 dolar AS hingga 35.000 dolar AS.
Menurut data dari CoinMarketCap, harga BTC saat ini berada di sekitar $41.000, turun sekitar 15% dari level tertinggi sepanjang tahun ini sebesar $48.000 yang dicapai pada 10 Januari lalu.
Hayes menolak argumen yang menyatakan bahwa arus keluar BTC dari Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) jadi penyebab penurunan harga Bitcoin. Dia menunjukkan bahwa jika mempertimbangkan arus masuk ke ETF Bitcoin spot yang baru terdaftar, terdapat arus masuk bersih sebesar $820 juta per tanggal 22 Januari. ETF Bitcoin spot adalah produk investasi yang membeli dan menyimpan Bitcoin secara langsung, berbeda dengan ETF Bitcoin berjangka atau futures yang membeli kontrak berjangka Bitcoin.
Baca juga:
Kendati begitu, Hayes menguraikan penjelasan lain terkait penurunan tersebut. Pendiri BitMEX itu menghubungkan penurunan harga Bitcoin dengan kemungkinan tidak diperpanjangnya Bank Term Funding Program (BTFP). BTFP adalah program pinjaman darurat yang dibuat oleh Federal Reserve pada Maret 2023 untuk memberikan likuiditas tambahan kepada lembaga keuangan AS. Program ini dijadwalkan berakhir pada 12 Maret 2024, kecuali diperpanjang oleh Federal Reserve.
Menurut Hayes, tanpa dukungan ini, bank-bank besar mungkin menghadapi krisis keuangan, yang dapat berdampak buruk pada pasar keuangan secara keseluruhan. Hal ini dapat memicu penjualan massal sejumlah aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Menurut pandangan Hayes, absennya dukungan pemerintah melalui BTFP bisa memicu krisis keuangan kecil. Kondisi ini memaksa Federal Reserve untuk mengambil langkah cepat seperti pemotongan suku bunga, pengurangan Quantitative Tightening (QT), atau melanjutkan Quantitative Easing (QE).
QT adalah proses di mana Federal Reserve mengurangi ukuran neraca keuangannya dengan menjual aset-aset yang dimilikinya, seperti obligasi pemerintah dan surat utang hipotek. Sementara QE adalah kebalikannya, yaitu proses di mana Federal Reserve membeli aset-aset tersebut untuk meningkatkan likuiditas dan menurunkan suku bunga.
Hayes mengkritik pendekatan Federal Reserve terhadap inflasi. Dia menuduh bahwa institusi tersebut lebih suka intervensi verbal daripada melakukan tindakan nyata karena takut inflasi. Berbeda dengan narasi umum, dia menegaskan bahwa inflasi tetap menjadi perhatian penting bagi banyak warga Amerika. Inflasi juga diklaim dapat memengaruhi hasil politik. Hayes memberi contoh kenaikan harga bahan bakar dan makanan dapat merugikan para pensiunan yang bergantung pada pendapatan tetap.