Tesla Shanghai Disebut Tak Lagi Gunakan Baterai dari Nikel, Luhut Beri Jawaban Begini
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan memberi jawaban atas pernyataan Co-Captain Timnas AMIN, Thomas Lembong atau Tom Lembong yang juga mengatakan 100 persen mobil listrik produksi Tesla di Shanghai tidak lagi menggunakan baterai berbahan dasar nikel.
Luhut secara tegas tegas menyatakan bahwa pernyataan tersebut tidak benar.
Menurutnya kendaraan listrik bikinan Tesla masih menggunakan baterai dari nikel dengan pasokan yang disuplai dari perusahaan LG Energy Solution.
"Mereka masih gunakan nikel. Jadi seperti suplai nickel-based baterai itu dilakukan oleh LG Korea Selatan untuk model mobil listrik yang diproduksi Tesla di Shanghai," ujar Luhut yang dikutip dari laman Instagramnya, Rabu 24 Januari.
Dalam unggahannya tersebut Luhut juga tisak menampik penggunaan baterai berbasis lithium ferro phosphate (LFP) untuk kendaraan listrik sudah mulai digunakan oleh Tesla Shanghai.
Menurutnya penggunaan LFP sebagai baterai telah mulai dilirik lantaran penelitian mengenai teknologi ini telah mai berkembang.
Ia juga tidak menutup kemungkinan penggunaan nikel akan mumai berkurang
"Memang satu ketika tidak menutup kemungkinan nikel makin berkurang penggunaannya. Oleh sebab itu kita harus genjot juga tapi dengan terukur," kata dia.
Dikatakan Luhut hilirisasi katoda RI saat ini sudah sangat maju sehingga ekspor RI tidak lagi bergantung pasa ekspor bahan mentah.
Terkait harga Nikel, ia menyebut jika kita melihat rata-rata harga selama 10 tahun terakhir, sejak 2014, harga rata-rata nikel dunia adalah 15 ribuan dolar AS, masih lebih rendah dibandingkan harga sekarang.
Bahkan pada periode 2014-2019, kata dia, ketika awal-awal periode hilirisasi mulai dilakukan, harga rata-rata nikel dunia hanya sebesar 12 ribu-an dolar AS.
"Jadi saya kira tim pasangan calon perlu melihat history data yang lebih panjang dalam membaca siklus harga komoditas," sambung Luhut.
Baca juga:
Kemudian terkait data ekspor produk turunan nikel, Luhut bilang pada periode Januari hingga November 2023 adalah sebesar 31.30 miliar dolar AS atau naik 0.6 persen dibandingkan ekspor periode yang sama pada tahun 2022 yaitu 31.13 miliar dolar AS.
"Meskipun produksi kita meningkat cukup signifikan, bukan berarti pendapatan kita menurun," pungkas Luhut.