Gedung Putih Sebut Israel Punya Hak untuk Membela Diri, Tapi Rumah Sakit Harus Dilindungi
JAKARTA - Gedung Putih mengatakan Israel berhak untuk membela diri, namun menegaskan posisi Amerika Serikat yang tidak ingin melihat rumah sakit diubah menjadi zona perang, meski di saat yang sama menuding Hamas menggunakan infrastruktur tersebut untuk menyimpan senjata.
Menanggapi pertanyaan mengenai IDF yang dilaporkan beroperasi di sekitar rumah sakit di Khan Younis, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menegaskan kembali posisi AS bahwa mereka tidak ingin melihat rumah sakit diubah menjadi zona perang.
"Kita tahu Hamas dengan sengaja menggunakan tempat-tempat seperti rumah sakit untuk menyimpan senjata, menampung pejuang mereka, bahkan sampai tingkat tertentu, untuk komando dan kendali. Jadi hal ini tidak hanya memberikan kebutuhan khusus pada Israel Defense Forces, tetapi juga menjadi beban khusus," kata Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, melansir The Times of Israel 23 Januari.
Lebih lanjut Kirby mengatakan, Israel mempunyai hak untuk membela diri.
"(Tetapi), kami berharap mereka melakukan hal tersebut sesuai dengan hukum internasional dan untuk melindungi orang-orang yang tidak bersalah di rumah sakit, juga staf medis dan pasien, sebisa mungkin," tandas Kirby.
Diberitakan sebelumnya, pasukan Israel untuk pertama kalinya bergerak ke Distrik Al-Mawasi dekat Pantai Mediterania, sebelah barat Khan Younis, kota utama di Gaza selatan. Di sana, mereka menyerbu rumah sakit Al-Khair dan menangkap staf medis, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al Qidra kepada Reuters.
Qidra mengatakan sedikitnya 50 orang tewas semalam di Khan Younis, sementara pengepungan fasilitas medis menyebabkan puluhan orang tewas dan terluka berada di luar jangkauan tim penyelamat.
"Pendudukan Israel mencegah kendaraan ambulans beroperasi untuk mengambil jenazah para martir dan yang terluka di wilayah barat Khan Younis," katanya.
Sementara itu, Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan tank-tank telah mengepung rumah sakit lainnya di Khan Younis, al-Amal, markas besar badan penyelamat, yang kehilangan kontak dengan staf di sana.
"Kami sangat khawatir dengan apa yang terjadi di sekitar rumah sakit kami," kata Tommaso Della Longa, juru bicara Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Di Rumah Sakit Nasser, satu-satunya rumah sakit besar yang masih dapat diakses di Khan Younis dan yang terbesar yang masih berfungsi di Gaza, video menunjukkan bangsal IGD kewalahan dengan orang-orang terluka yang dirawat di lantai yang berlumuran darah.
Di luar, para pria menggali kuburan di halaman rumah sakit karena tidak aman untuk keluar ke kuburan. Pihak berwenang mengatakan 40 orang dimakamkan di sana.
Baca juga:
- Uni Eropa Latih 40.000 Tentara dan Dukungan Senjata-Amunisi Senilai Rp511 Triliun untuk Ukraina
- Gedung Putih Sebut Presiden Biden Tetap Berpikiran Terbuka Mengenai Solusi Dua Negara
- Kepala Intelijen Rusia Sebut Amerika Serikat Mulai Bentuk Pemerintahan Kolonial di Ukraina
- Nilai Cara Israel Menghancurkan Hamas Salah dan Menyemai Kebencian, Diplomat UE: Apa Solusi Lain di Benak Mereka?
Sebelumnya, Israel mengatakan pejuang Hamas beroperasi di dalam dan sekitar rumah sakit, namun hal ini dibantah oleh Hamas dan staf medis.
Diketahui, Israel melancarkan serangan pekan lalu untuk merebut Khan Younis, yang kini dikatakan sebagai markas utama militan Hamas yang bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang, menurut penghitungan Israel.
Di sisi Palestina, setidaknya 25.295 warga Gaza telah tewas sejak 7 Oktober, kata otoritas kesehatan Gaza dalam laporan terbarunya pada Hari Senin.