Pakai Istilah Tak Lazim Jadi Kelebihan Sekaligus Kelemahan Gibran di Debat Capres

JAKARTA – Gibran Rakabuming Raka dinilai berhasil memperkenalkan istilah-istilah baru terkait lingkungan dan ekonomi hijau, tapi di sisi lain gestur calon wakil presiden nomor urut dua ini membuatnya mendapat penilaian negatif.

Muhaimin Iskandar, Gibran Rakabuming Raka, dan Mahfud MD kembali bertarung di panggung debat Cawapres untuk kedua kalinya. Debat yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada Minggu (21/1/2024) merupakan yang terakhir untuk Cawapres sebelum hari pencoblosan pada 14 Februari mendatang.

Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar menyampaikan pandangannya di hadapan dua Cawapres lainnya Mahfud MD dan Gibran Rakabuming Raka saat Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1/2024). (Antara/M Risyal Hidayat)

Ada pun tema yang dibahas adalah seputar pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, agraria, masyarakat dan desa. Dalam debat tersebut, Gibran kembali menarik perhatian publik lewat penampilannya setelah ia mengeluarkan beberapa istilah yang dianggap masih awam di telinga masyarakat.

Kembali Lahirkan Istilah Baru

Menurut pakar, Gibran berhasil memperkenalkan istilah baru terkait lingkungan dan ekonomi hijau kepada publik, termasuk soal greenflation yang tak bisa dijawab oleh Mahfud.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai Gibran memberikan pemahaman untuk awal soal lingkungan. Tapi ia juga menyoroti gimik yang membuatnya dianggap minim etika.

Sama seperti sebelum debat pertama akhir tahun lalu, kemampuan Gibran menghadapi dua Cawapres lain juga disangsikan. Menurut Direktur Eksekutif Nusantara Institute PolCom SRC (Political Communication Studies and Research Centre) Andriadi Achmad, Gibran masih mendapat sentimen negatif seperti sebelumnya.

Wali Kota Surakarta ini dianggap tak mampu berdebat dengan Cawapres nomor urut satu dan tiga. Namun, menurut Andriadi sentimen negatif tersebut berangsur terpatahkan sejak debat Cawapres bersama.

Pasukan berkostum penguin pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dalam debat Cawapres Pemilu 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu (21/1/2024). (Antara/Risky Syukur)

Meski mengapresiasi kemampuan Gibran menguasai panggung debat, Andriadi juga memberikan catatan khusus kepada putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut, terutama soal istilah-istilah yang digunakan Gibran saat di arena debat.

Pada debat pertama, singkatan SGIE (State of Global Islamic Economic) berhasil membuat Cak Imin tak mampu menjawab pertanyaan Gibran tersebut. Begitu pula dengan regulasi carbon capture and storage yang ditanyakan Gibran kepada Mahfud MD.

Pada debat kedua, istilah yang dianggap tidak lazim bagi kebanyakan orang kembali dikeluarkan Gibran. Ia menanyakan terkait baterai litium besi fosfat atau LFP (Lithium Ferro Fosfat) kepada Cak Imin dan pertanyaan terkait tentang cara mengatasi greenflation. Di momen tersebut, Cak Imin sampai mengungkapkan bahwa debat bukan main tebak-tebakan atau Mahfud MD menganggap pertanyaan Gibran receh jadi tidak perlu dijawab.

“Menurut saya di situlah kekurangan sekaligus kelebihan Gibran mewakili anak muda, banyak tahu akan segala hal yang berada di tengah arus perkembangan teknologi dan globalisasi, walaupun tidak secara mendalam,” ujar Andriadi kepada VOI.

“Memang betul pemimpin pasti akan berhubungan dengan policy. Tapi perlu kita ingat bahwa kecerdasan dan tahu banyak hal sepertinya sudah menjadi suatu keniscayaan bagi para pemimpin,” imbuhnya.

Kembali Andalkan Gimik

Sementara itu, penampilan Muhaimin Iskandar juga dianggap lebih baik dibandingkan sebelumnya. Menurut Dosen Ilmu Politik dan Internasional Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam menganggap Cak Imin kali ini tampil lebih santai, lebih berani, dan lebih agresif ketimbang sebelumnya.

Selain itu, Khoirul melihat Cak Imin lebih berani melancarkan serangan ke Gibran, yang ditandai dengan mengungkit etika, menyindir ijazah palsu, hingga Mahkamah Konstitusi.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, yang dihubungi secara terpisah, menganggap apa yang dituturkan Muhaimin Iskandar dan Mahfud MD paling mendekati realitas yang dihadapi saat ini, meski Cawapres nomor urut tiga cenderung hambar dalam pemaparan.

Seorang warga bernama Katon yang mendatangi debat calon wakil presiden 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Minggu (21/1/2024). (Antara/Luthfia Miranda Putri)

Gibran kembali mendapat sorotan gara-gara gimik yang dikeluarkan, terutama ketika ia gagal menjawab pertanyaan lawan. Gimik Gibran menurut Dedi cenderung merendahkan reputasi Mahfud MD dan Cak Imin.

“Termasuk Gibran berulangkali berlebihan dengan membawa nama Tom Lembong di debat, ini juga tendensius dan terkesan ada upaya merendahkan reputasi lawan,” jelas Dedi.

Agung Baskoro berpendapat, Gibran seharusnya tidak perlu melakukan gestur merendahkan karena bisa mengurangi simpati dari publik. "Saya kira Gibran hari ini secara substantif sudah oke ya, ya cuman memang ada soal etika forum yang memang kurang dia pahami," ucap Agung.