Tegas Ingatkan Tidak akan Membiarkan Ancaman Keamanan Terhadap Somalia, Presiden El-Sisi: Jangan Uji Mesir
JAKARTA - Mesir tidak akan membiarkan ancaman apa pun terhadap Somalia, kata Presiden Abdel Fattah El-Sisi pada Hari Minggu, setelah Ethiopia mengatakan akan mempertimbangkan untuk mengakui klaim kemerdekaan Somaliland dalam kesepakatan yang akan memberinya akses ke pelabuhan laut.
Pernyataan tersebut merupakan pernyataan paling tegas Mesir, yang sudah memiliki hubungan dingin dengan Ethiopia, dan merupakan tanda Kairo mungkin terlibat dalam perselisihan yang telah meningkatkan ketegangan baru di wilayah Tanduk Afrika yang bergejolak.
Somaliland mendeklarasikan kemerdekaan dari Somalia pada tahun 1991, tetapi belum mendapat pengakuan dari negara mana pun. Kesepakatan sewa pelabuhan, yang disepakati awal bulan ini namun belum selesai, akan menjadi keuntungan bagi Ethiopia yang tidak memiliki daratan, sementara di sisi lain membuat marah Somalia.
"Mesir tidak akan membiarkan siapa pun mengancam Somalia atau mempengaruhi keamanannya," kata Presiden El-Sisi dalam konferensi pers dengan Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud, melansir Reuters 22 Januari.
"Jangan menguji Mesir, atau mencoba mengancam saudara-saudaranya, terutama jika mereka memintanya untuk campur tangan," tegasnya.
Dalam nota kesepahaman tanggal 1 Januari, Ethiopia mengatakan akan mempertimbangkan untuk mengakui kemerdekaan Somaliland dengan imbalan akses pelabuhan. Mereka akan menyewa 20 km (12 mil) wilayah pantai di sekitar pelabuhan Berbera, di Teluk Aden, selama 50 tahun untuk tujuan militer dan komersial.
Diketahui, pelabuhan utama ekspor maritim Ethiopia saat ini berada di negara tetangga Djibouti.
"Pesan saya kepada Ethiopia adalah, mencoba merebut sebidang tanah untuk menguasainya adalah sesuatu yang tidak akan disetujui oleh siapa pun," ujar Presiden El-Sisi, seraya mengatakan kerja sama dalam pembangunan adalah strategi yang lebih baik.
Ethiopia pada Hari Minggu menolak kritik dari Mesir atas perjanjian tersebut, dengan mengatakan perjanjian tersebut hanyalah perjanjian komersial yang bertujuan untuk mengamankan akses ke laut, bukan upaya untuk mencaplok daratan.
"Ini bukan aneksasi atau asumsi kedaulatan atas wilayah negara mana pun," jelas Redwan Hussien, penasihat keamanan nasional untuk Ethiopia dalam sebuah unggahan di X.
Baca juga:
- Kutuk Pembunuhan di Gaza, Sekjen PBB: Operasi Militer Israel Menyebarkan Kehancuran Massal dan Kematian Warga Sipil
- 178 Warga Palestina Meninggal dalam 24 Jam Terakhir, Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza Tembus 25.100 Jiwa
- PM Netanyahu Tolak Negara Palestina, Jubir PA: Dorong Seluruh Wilayah ke Jurang, AS Tanggung Jawab
- Kelompok Houthi Janjikan Jalur Aman Bagi Kapal Rusia dan China di Laut Merah
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Mesir pekan lalu menyebut Ethiopia sebagai sumber ketidakstabilan di kawasan, yang menurut kementerian luar negeri negara itu "tidak relevan".
Hubungan antara Mesir dan Ethiopia sendiri mengalami ketegangan selama bertahun-tahun, karena bendungan besar yang dibangun Ethiopia di Sungai Nil yang mereka gunakan bersama.