PM Netanyahu Keberatan, AS: Tidak Ada Cara untuk Menyelesaikan Masalah Keamanan Israel Tanpa Negara Palestina

JAKARTA - Pejabat senior Amerika Serikat mengatakan pada Hari Kamis, tidak ada cara untuk menyelesaikan masalah keamanan jangka panjang Israel di kawasan, serta tantangan jangka pendek dalam pembangunan kembali Gaza, tanpa pembentukan Negara Palestina.

Berbicara pada konferensi pers, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan Israel mempunyai peluang saat ini, karena negara-negara di kawasan siap memberikan jaminan keamanan kepada Israel.

"Tetapi, tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan jangka panjang mereka untuk memberikan keamanan abadi, dan tidak ada cara untuk menyelesaikan tantangan jangka pendek dalam membangun kembali Gaza dan membangun pemerintahan di Gaza serta memberikan keamanan bagi Gaza, tanpa pembentukan negara Palestina," kata Miller, melansir Reuters 19 Januari.

Komentar tersebut muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam konferensi pers, dia telah mengatakan kepada Washington mengenai keberatannya tentang gagasan Negara Palestina yang tidak menjamin keamanan Israel.

"Saya klarifikasi bahwa dalam pengaturan apa pun di masa mendatang, dengan kesepakatan atau tanpa kesepakatan, Israel harus memiliki kendali keamanan atas seluruh wilayah sebelah barat Sungai Yordan. Itu syarat yang perlu. Ini bertentangan dengan prinsip kedaulatan, tapi apa bisa kamu melakukannya," kata PM Netanyahu di Tel Aviv.

Dia menambahkan, kurangnya status kenegaraan Palestina tidak menghalangi perjanjian normalisasi dengan negara-negara Arab beberapa tahun yang lalu, dan dia masih bermaksud untuk menambahkan lebih banyak negara ke dalam perjanjian tersebut.

Israel dan pendukung terbesarnya, Amerika Serikat, saat ini tampak berselisih, dengan PM Netanyahu dan pemerintahan koalisi sayap kanannya sebagian besar menolak pembentukan negara Palestina, meskipun Washington berpendapat solusi dua negara adalah satu-satunya cara yang layak untuk mewujudkan perdamaian abadi di wilayah.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dalam perjalanan keempatnya ke Timur Tengah pekan lalu sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, memberikan persetujuan kasar kepada Israel bahwa negara-negara tetangganya yang mayoritas beragama Islam akan membantu merehabilitasi Gaza setelah perang dan melanjutkan integrasi ekonomi dengan Israel.

Tetapi, hal itu hanya dapat terwujud jika Israel pada akhirnya berkomitmen untuk mengizinkan pembentukan negara Palestina yang merdeka.

Diketahui, perundingan yang ditengahi AS mengenai negara Palestina di wilayah yang kini diduduki Israel gagal hampir satu dekade lalu.

Konflik terbaru Palestina-Israel pecah saat militan Hamas menyerbu wilayah selatan Israel pada 7 Oktober lalu. Sekitar 1.200 orang tewas dan 240 lainnya disandera. Belakangan, Israel mengatakan lebih dari 130 orang masih ditahan.

Israel menanggapi serangan Hamas dengan pengepungan, pemboman dan invasi darat ke Gaza yang telah menghancurkan wilayah pesisir kecil tersebut dan menewaskan lebih dari 24.000 orang, menurut pejabat kesehatan Gaza.

Meskipun ada perbedaan pendapat, dukungan AS terhadap sekutu lamanya, Israel, "tetap kuat," kata Miller.

"Ini bukan soal Amerika Serikat yang menekan mereka untuk melakukan apa pun. Ini soal Amerika yang memberi mereka kesempatan yang mereka punya," tegasnya.