Rupiah Berpotensi Melemah di Kisaran Rp15.600-Rp15.670 per dolar AS

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat 19 Januari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak fluktuatif namun ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) didorong ekspetasi penurunan suku bunga.

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis 18 Januari, Kurs rupiah spot menguat 0,12 persen ke Rp15.624 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup menguat 0,06 persen ke level harga Rp15.630 per dolar AS.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan ketidakpastian mengenai kapan The Fed akan mulai menurunkan suku bunga telah membantu dolar pulih pada tahun ini setelah terpukul keras pada akhir tahun 2023 setelah sikap dovish The Fed pada pertemuan FOMC bulan Desember.

"Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga di bulan Maret telah berkurang menjadi peluang 62,2 persen dibandingkan perkiraan 76,9 persen di sesi sebelumnya, menurut FedWatch Tool dari CME," ujarnya dalam keteranganya dikutip jumat 19 Januari.

Menurut Ibrahim penjualan ritel AS akan dirilis pada Rabu malam, dan akan diawasi dengan ketat untuk mengetahui indikasi bahwa belanja konsumen – pendorong utama pertumbuhan ekonomi – tetap tangguh dalam menghadapi kenaikan suku bunga.

Selain itu, inflasi harga konsumen Inggris naik untuk pertama kalinya dalam 10 bulan pada bulan Desember, meningkat menjadi 4,0 persen secara tahunan dari level terendah dalam lebih dari dua tahun sebesar 3,9 persen pada bulan November.

Ibrahim menyampaikan hal ini mengakibatkan para pedagang mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga Bank of England dalam beberapa bulan mendatang, dengan inflasi yang terbukti lebih kaku dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Di Asia, Ekonomi Tiongkok tumbuh sedikit lebih rendah dari perkiraan pada kuartal keempat, dan hampir tidak melampaui perkiraan pemerintah sebesar 5 persen untuk pertumbuhan pada tahun 2023.

Angka tersebut menunjukkan bahwa pemulihan pasca-COVID hanya memperoleh sedikit momentum selama setahun terakhir, dan memberikan dampak yang lumayan bagi Tiongkok pada tahun 2024.

Dari sisi internal, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengungkapkan bahwa ruang penurunan suku bunga acuan BI masih terbuka. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan moneter yang pro stabilitas dan sistem pembayaran yang pro growth.

Adapun, pada Rapat Dewan Gubernur Januari 2024, BI memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 6 persen. Dengan mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan global yang masih berlangsung.

Meski demikian, ada sejumlah kriteria untuk mempertimbangkan penurunan suku bunga. Pertama, seberapa cepat penguatan nilai tukar rupiah.

Kedua, tetap terkendalinya inflasi, khususnya inflasi inti dan inflasi pangan. Serta ketiga, perkembangan dukungan kredit dalam pembiayaan ekonomi yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, surplus perdagangan Indonesia bertahan hingga akhir tahun 2023. Indonesia berhasil mencapai surplus sebesar 3,3 miliar dolar AS di Desember 2023, meningkat dari 2,4 miliar dolar AS di bulan sebelumnya.

Berlanjutnya surplus perdagangan ini berhasil mendukung cadangan devisa yang mencapai 146,4 miliar dolar AS di akhir tahun 2023, meningkat dari 137,2 miliar dolar AS di tahun 2022.

Penurunan suku bunga bank sentral Amerika di tahun 2024 juga akan diikuti oleh Bank Indonesia, guna untuk menjaga momentum yang ada, sehingga dengan penurunan suku bunga bisa berdampak terhadap penurunan bunga kredit sehingga berdampak terhadap Pembangunan infrastruktur dan konsumsi Masyarakat yang menggeliat.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Jumat 19 Januari dalam rentang harga Rp15.600- Rp15.670 per dolar AS.