Tahun 2023 jadi Terpanas dalam Catatan NASA

JAKARTA – Berdasarkan hasil analisis Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) terhadap Peta Bumi tahun 2023, tahun tersebut menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat.

Hal ini terbukti setelah para ilmuwan Goddard Institute for Space Studies (GISS) menemukan anomali suhu permukaan global pada peta tersebut. Dari hasil visualisasi Goddard, Peta Bumi tahun 2023 didominasi suhu tinggi dengan warna merah dan oranye.

Para ilmuwan memutuskan untuk membandingkan suhu rata-rata permukaan bumi pada tahun 2023 dengan rata-rata periode dasar NASA di tahun 1951 hingga 1980. Hasilnya menunjukkan bahwa suhu global 1,2 derajat celsius lebih tinggi dari periode dasar.

Dari hasil temuan ini, Administrator NASA Bill Nelson mengatakan bahwa Bumi sedang mengalami krisis iklim, fenomena yang berkaitan dengan pemanasan global dan perubahan iklim. Menurut Nelson, masalah ini perlu ditangani sesegera mungkin.

"Dari panas yang ekstrem, kebakaran hutan, hingga naiknya permukaan air laut, kita dapat melihat Bumi kita sedang berubah. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tetapi Presiden Biden dan masyarakat di seluruh Amerika mengambil lebih banyak tindakan daripada sebelumnya untuk mengurangi risiko iklim,” kata Nelson.

Sejalan dengan pentingnya upaya mengurangi masalah iklim, Nelson mengatakan bahwa NASA akan terus membantu dengan menggunakan sudut pandang ruang angkasa. Lembaga negara ini akan memberikan data iklim yang valid tentang Bumi.

“NASA akan membawa data iklim yang penting bagi Bumi yang dapat dimengerti dan diakses oleh semua orang. NASA dan Pemerintahan Biden-Harris bekerja untuk melindungi planet tempat tinggal kita dan masyarakatnya, untuk generasi ini dan generasi berikutnya,” jelas Nelson.

Selain mengamati Peta Bumi tahun 2023, ilmuwan GISS juga mengamati suhu permukaan bumi selama sepuluh tahun terakhir. Dari hasil pengamatan, GISS menyimpulkan bahwa suhu sepuluh tahun terakhir merupakan suhu terpanas yang pernah tercatat.

Direktur GISS Gavin Schmidt mengatakan bahwa masalah pemanasan ini merupakan sesuatu yang baru dan salah satu penyebabnya adalah emisi bahan bakar fosil. Jika hal ini terus terjadi, peningkatan gelombang panas dan curah hujan yang sangat tinggi akan menjadi ancaman.