Anggota Parlemen Israel Serukan Militer Duduki Wilayah Selatan Lebanon Selama 50 Tahun
JAKARTA - Anggota parlemen Israel dari kelompok oposisi berhaluan keras Avigdor Liberman menyerukan agar militer negara itu kembali menduduki Lebanon selatan, sebagai konsekuensi atas tindakan kelompok militan Hizbullah.
Avigdor Liberman mengatakan, Lebanon harus "membayar secara wilayah" atas kerusakan yang disebabkan oleh serangan Hizbullah di kota-kota utara Israel.
Mantan menteri pertahanan tersebut mengatakan, militer Israel harus "menutup" wilayah selatan Lebanon dan mengusir kelompok militan tersebut ke utara sungai Litani, bahkan jika itu berarti pendudukan selama 50 tahun.
"Tidak mungkin ada seluruh kota yang hampir separuh bangunannya hancur begitu saja," katanya dalam pertemuan faksi mingguan Partai Yisrael Beytenu, merujuk pada Israel utara yang bangunannya mengalami kerusakan akibat rudal, dilansir dari The Times of Israel 2 Januari.
"Kami tidak akan mencaplok apa pun, dan kami tidak akan membangun pemukiman, namun kami akan melepaskan wilayah tersebut hanya jika ada pemerintah di Beirut yang tahu bagaimana menjalankan kedaulatannya," paparnya.
"Segala sesuatu antara Litani dan Israel harus berada di bawah kendali IDF," katanya, membandingkannya dengan pendudukan militer Jerman pasca Perang Dunia II.
"Jika Lebanon tidak mau membayar di wilayahnya, kami tidak melakukan apa pun," tegasnya.
Baca juga:
- Enam Orang Tewas dan 97 Ribu Lainnya Mengungsi Akibat Gempa 7,6 Skala Richter yang Mengguncang Jepang
- Perang di Gaza Sebabkan Monyet hingga Singa di Kebun Binatang Rafah Kelaparan
- Israel Akui 170 Tentaranya Tewas Selama Operasi Darat di Gaza, 29 di Antaranya Tertembak Teman Sendiri
- PBB Tarik Pasukan Penjaga Perdamaian di Mali, Jadi Misi Paling Mematikan Setelah Lebanon
Diketahui, militer Israel menduduki Lebanon selatan untuk menjauhkan Hizbullah dari perbatasan sejak tahun 1982 hingga kemundurannya pada tahun 2000.
Liberman juga menentang cara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam menangani perang melawan Hamas, dan menyebut pemerintahannya |tidak tahu bagaimana mengakhiri perang di selatan atau bagaimana bertindak di utara."