UEA Kirim 1,6 Juta Pakaian Hangat dan Selimut Musim Dingin untuk Warga Gaza
JAKARTA - Otoritas Uni Emirat Arab (UEA) mengirimkan lebih dari 1,6 juta potong pakaian hangat dan selimut menuju Jalur Gaza, guna membantu meringankan penderitaan warga di wilayah kantong Palestina itu yang bergulat dengan konflik berkepanjangan di tengah musim dingin.
Konvoi bantuan tersebut diawasi oleh Bulan Sabit Merah Emirat, badan kemanusiaan pemerintah UEA, sebagai bagian dari kampanye 'Be their Warmth', menurut laporan kantor berita negara WAM, dikutip dari The National News 29 Desember
Pasokan penting yang akan didistribusikan secara bertahap, diharapkan dapat memberikan perlindungan dari suhu dingin yang menggigit di tengah perang Hamas-Israel yang terus berlanjut.
Kepala Delegasi ERC di Gaza Mohammed Omar Al Shimmar mengatakan, UEA bekerja sama dengan Mesir untuk mengamankan pengiriman paket bantuan melalui perbatasan Rafah.
ERC telah meluncurkan penggalangan donasi publik untuk mengumpulkan lebih banyak barang musim dingin yang penting sebagai bagian dari inisiatif ini.
UEA sendiri berulang kali menyerukan gencatan senjata permanen untuk melindungi warga sipil.
Awal bulan ini, UEA mendirikan rumah sakit lapangan di Jalur Gaza. Sebelumnya, Presiden Sheikh Mohamed mengarahkan perawatan untuk 1.000 anak-anak Palestina yang terluka dan 1.000 pasien kanker di rumah sakit di UEA sebagai bagian dari kampanye bantuan, selain mengirimkan puluhan penerbangan bantuan yang membawa ribuan ton pasokan penting untuk mendukung Gaza.
Baca juga:
- Israel Peringatkan Lebanon untuk Usir Hizbullah dari Perbatasan atau IDF yang akan Bertindak
- Laporan PBB Sesalkan Kemerosotan HAM di Tepi Barat, Desak Israel Akhiri Kekerasan Terhadap Penduduk Palestina
- Militer China Sebut Taiwan Besarkan Ketegangan untuk Keuntungan Elektoral Jelang Pemilu
- Jenderal Iran Tewas Akibat Serangan Udara Israel, Komandan IRGC: Balas Dendam dengan Penghapusan Rezim Zionis
Diketahui, Gaza menanggung beban bencana kemanusiaan yang paling parah, dengan lebih dari 21.100 orang tewas sejak perang pecah pada 7 Oktober, menurut Kementerian Kesehatan.
Mayoritas dari 2,2 juta penduduk di daerah kantong yang terkepung itu diyakini telah mengungsi, hal ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak akan bantuan kemanusiaan.