Geram Atas Serangan dan Kerusakan Rumah Sakit di Gaza, PBB: Tidak Dapat Dipercaya Dunia Membiarkan Hal Ini Terus Berlanjut
JAKARTA - Para pejabat PBB pada Hari Selasa menyuarakan kemarahan dan ketidakpercayaan mengenai situasi rumah sakit di Gaza, di mana orang-orang yang terluka tidak mempunyai persediaan dasar dan anak-anak yang baru pulih dari amputasi terbunuh dalam konflik yang sedang berlangsung.
Sebagian besar rumah sakit di Gaza tidak lagi beroperasi karena kerusakan akibat serangan, serangan Israel dan kekurangan bahan bakar serta staf.
Sementara, Rumah sakit yang masih buka berada di bawah tekanan yang semakin besar akibat serangan yang terus berlangsung, sedangkan jumlah pasien sakit dan cedera yang datang terus meningkat.
"Saya sangat marah karena anak-anak yang baru pulih dari amputasi di rumah sakit kemudian dibunuh di rumah sakit tersebut,” kata James Elder, juru bicara badan anak-anak PBB (UNICEF), melansir Reuters 19 Desember.
Dia menambahkan, Rumah Sakit Nasser, rumah sakit operasional terbesar yang tersisa di wilayah kantong tempat dia menghabiskan waktu awal bulan ini, telah ditembaki dua kali dalam 48 jam terakhir.
Diungkapkan olehnya, salah satu korbannya adalah seorang anak berusia 13 tahun yang diamputasi bernama Dina yang selamat dari serangan di rumahnya yang menewaskan keluarganya.
"Jadi ke mana anak-anak dan keluarga pergi? Mereka tidak aman di rumah sakit, mereka tidak aman di tempat penampungan, dan tentu saja tidak aman di zona aman," kritiknya.
Sementara itu, Margaret Harris, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia, menggambarkan situasi di rumah sakit Gaza sebagai "tidak masuk akal".
Baca juga:
- Vatikan Setujui Pemberkatan untuk Pasangan Sesama Jenis, Asal...
- Jenderal Ukraina Akui Pasukannya di Garis Depan Pertempuran dengan Rusia Kekurangan Amunisi Artileri
- Menteri Keamanan Israel Ancam Keluar dari Koalisi Jika Perang Lawan Hamas Tidak Dilanjutkan dengan Kekuatan Penuh
- Menteri Iran Akui Jaringan Pom Bensin Terkena Serangan Siber dan Sempat Sebabkan Gangguan Nasional
"Yang paling mendasar, mereka tidak memilikinya. Salah satu rekan saya menggambarkan orang-orang terbaring di lantai dalam kesakitan yang parah, kesakitan, namun mereka tidak meminta pereda nyeri. Mereka meminta air," ungkapnya getir.
"Tidak dapat dipercaya bahwa dunia membiarkan hal ini terus berlanjut," kecam Harris.