Fadli Zon Beberkan Jadi Orang Pertama Usul Anies Jadi Cagub DKI: Perjanjian Politik Ditulis Tangan, Materainya Darurat Pakai Ludah Saya
JAKARTA - Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon, mengungkap jasa ketum partainya Prabowo Subianto yang mengusung Anies Baswedan maju sebagai calon gubernur di Pilkada DKI 2017.
Sebagai orang pertama yang mengusulkan Anies, Fadli mengaku dirinyalah yang menulis perjanjian politik terkait Pilkada DKI 2017. Bahkan, kata dia, materai ditempelkan menggunakan ludahnya karena darurat.
"Saya adalah orang pertama yang mengusulkan pencalonan Anies Baswedan sebagai calon gubernur DKI di saat-saat akhir sebelum penutupan pendaftaran KPU," ujar Fadli Zon dalam keterangannya dikutip Senin, 18 Desember.
"Saya pula yang menulis 'perjanjian politik' Anies Baswedan dan Sandiaga Uno serta Prabowo Subianto, dan Salim Segaf al Jufri (Ketua Majelis Syuro PKS). Selain dengan tulisan tangan, materai nya pun darurat pakai ludah saya," lanjutnya.
Mantan Wakil Ketua DPR itu mengatakan, Prabowo berjiwa besar mendukung pencaguban Anies hingga menginstruksikan seluruh anggota DPR, DPRD Provinsi sampai anggota DPRD Kabupaten/Kota Partai Gerindra seluruh Indonesia agar berkontribusi membantu dana dengan cara pemotongan gaji serta hadir ke Jakarta sebagai Tim Pemenangan di setiap kelurahan di Jakarta.
"Begitu ketatnya persaingan Pilgub waktu itu, dan alhamdulillah, Anies-Sandi menang. Itulah faktanya," kata Fadli.
Baca juga:
- Tak Semua Etnis Rohingya yang Mendarat di Aceh Pengungsi, Ada juga yang Cari Kerja Demil Hidup Lebih Baik
- Bakal Ada Perayaan Malam Tahun Baru, CFD Sudirman-Thamrin Ditiadakan 31 Desember
- Indonesia Dapat Tambahan Kuota Petugas Haji Jadi 4.421 Orang
- Kritik Pemerintah Gonta-ganti Kurikulum Pendidikan, Anies: Tak Dapat Kemajuan Signifikan
Anggota Komisi I DPR lantas menyinggung soal realitas palsu yang mudah diciptakan di zaman simulakra seperti saat ini. Fadli mengingatkan Indonesia perlu pemimpin yang autentik dan berkarakter, bukan pesolek.
"Kita membutuhkan pemimpin autentik dan bukan pesolek. Kita butuh pemimpin berkarakter, yang sudah selesai dengan dirinya. Bukan petugas partai, bukan pula ronin," pungkas Fadli.