Mobilitas Masyarakat Stabil Tapi COVID-19 di Jakarta Naik, Ini Penyebabnya
JAKARTA - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menjelaskan penyebab peningkatan kasus COVID-19 setelah Indonesia memasuki masa endemi dan pergerakan masyarakat atau mobilitas yang cenderung stabil.
Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes DKI Jakarta, Ngabila Salama menjelaskan, kenaikan kasus COVID-19 disebabkan oleh peralihan musim kemarau ke musim hujan, penurunan imunitas vaksinasi, hingga munculnya varian baru virus corona.
"Imunitas seseorang menurun, kelembaban udara tinggi membuat virus lebih mudah masuk ke dalam tubuh. Lalu, antibodi COVID-19 mulai menurun 6 bulan sesudah vaksinasi," kata Ngabila dalam keterangannya, Jumat, 15 Desember.
Ngabila menjelaskan, kasus COVID-19 kali ini didominasi oleh subvarian EG.5. Subvarian EG.5 merupakan turunan dari varian omicron dan masuk dalam kategori variants of interest (VOI) atau varian yang memiliki mutasi genetik yang diprediksi dapat mempengaruhi karakteristik klinis virus.
"Walaupun mutasi memang lebih cepat menular virusnya, tetapi gejala yang muncul seharusnya tidak lebih berat," ucap Ngabila.
Tercatat, kasus aktif COVID-19 di Ibu Kota kini mencapai 365 kasus. Dari kasus aktif per tanggal 13 Desember tersebut, sebanyak 12 kasus dirawat di ICU rumah sakit.
"Per 13 Desember, 44 pasien COVID-19 sedang dirawat di RS dengan 32 kasus bergejala sedang di ruang isolasi dan 12 kasus di ICU," ucap Ngabila.
Kenaikan kasus COVID-19 mulai terjadi dalam sebulan terakhir. Bahkan, kasus baru selama satu minggu terakhir naik hingga empat kali lipat dari minggu lalu.
Tercatat, sebanyak 271 kasus positif dalam seminggu di DKI Jakarta tanggal 4-10 Desember. Kasus harian selama beberapa hari terakhir juga menunjukkan peningkatan.
"Kasus positif baru pada 11 Desember sebanyak 57 kasus, 12 Desember 127 kasus, dan 13 Desember 131 kasus baru," tutur Ngabila.
kematian kasus COVID-19 ini kembali muncul ketika Indonesia telah memasuki endemi COVID-19. Dua kasus positif yang meninggal dunia terjadi pada bulan Desember 2023 setelah sebelumnya selama 2 bulan berturut-turut tidak ada kematian kasus.
Baca juga:
- AS Minta Australia Kirim Kapal Perang ke Laut Merah Lawan Houthi
- Petinggi Barcelona Bantah Ribut dengan Pemain usai Kalah di Liga Champions
- Kelompok Hacker Rusia, Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Siber Terhadap Operator Seluler Terbesar Ukraina
- Genesis Hadirkan G80 Facelift Model Tahun 2025, Apa Saja yang Berubah?
Lebih lanjut, Ngabila menjelaskan kebijakan utama pemerintah dalam menghadapi kenaikan kasus COVID-19 adalah melindungi kelompok rentan dengan cara melengkapi vaksinasi segera dan deteksi dini.
"Sejak endemi Juni 2023, tanggung jawab utama ada pada diri masing-masing masyarakat. Tapi, pemerintah tidak pernah bosan menghimbau dan menyediakan secara gratis. Perketat prokes pakai masker dan cuci tangan. Kalau mau mencegah keparahan dan kematian, vaksinasi msh sangat efektif, untuk menambah jumlah antibodi juga di dalam tubuh," imbuhnya.