JAKARTA - Pakar mikrobiologi dari Universitas Indonesia, Amin Soebandrio memprediksi lonjakan kasus COVID-19 akibat varian Omicron akan melandai pada bulan Maret mendatang.
Hal ini diprediksi dari kurva tren kasus negara-negara lain yang membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 3 bulan untuk melewati lonjakan kasus COVID-19 karena penyebaran Omicron.
"Kurva yang terjadi di negara-negara yang lebih dulu mengalami puncak terjadi sekitar 2-3 bulan setelah muncul pertama kali, kemudian cenderung menurun, Kita berharap Indonesia juga seperti itu. Kalau lihat kurva yang dialami negara lain, memang kurang lebih Maret itu mungkin akan turun (kasusnya)," kata Amin dalam diskusi virtual, Kamis, 24 Februari.
Meski demikian, Amin mengaku belum dapat memastikan apakah saat ini Indonesia telah melalui puncak kasus Omicron atau belum. Mengingat, pergerakan kasus hariannya masih belum menurun secara konsisten.
"(Tren kasus) saat ini seperti gigi gergaji ya. Sempat turun angkanya, lalu naik lagi. Jadi, ada beberapa puncak (kasus) itu sebelum mengalami penurunan secara stabil. Mungkin masih butuh waktu beberapa minggu," ujar dia.
Lebih lanjut, Amin meminta semua pihak mewaspadai masuknya periode bulan Ramadan hingga Hari Raya Idulfitri di tahun ini.
BACA JUGA:
Berkaca pada kondisi kasus tahun 2020 dan 2021, Indonesia sempat mengalami lonjakan kasus usai hari Lebaran karena tingginya mobilitas masyarakat. Hal ini juga diperparah dengan penyebaran varian Delta pada pertengahan 2021.
"Kita harus lihat bulan puasa akan ada beberapa aktivitas yang menyebabkan masyarakat berkumpul, mulai dari salat tarawih, sampai nanti mungkin pada saat hari raya," ucap Amin.
"Kita pelajari pengalaman tahun lalu kita berhasil mengendalikan pergerakan hari mobilitas masyarakat sampai dengan lebaran. Tapi setelah lebaran terjadi peningkatan, sehingga kita lihat puncaknya kan bulan Juni-Juli. Mudah-mudahan itu tidak terjadi," pungkasnya.