Soal Potensi Mobil Hidrogen Masuk Indonesia, TAM: Kami Tengah Pelajari dan Itu Butuh Infrastruktur

JAKARTA - Pabrikan otomotif dunia saat ini sedang berlomba-lomba menciptakan kendaraan ramah lingkungan rendah emisi. Penguasa segmen ini adalah kendaraan listrik (EV), namun energi alternatif lain seperti hidrogen bisa menjadi opsi lebih menarik.

Tidak seperti EV, hanya segelintir merek yang baru mengembangkan energi hidrogen, salah satunya adalah Toyota. Pabrikan asal Jepang tersebut dikenal sebagai pelopor dalam mengembangkan fuel-cell vehicle (FCV).

Kemudian di Indonesia, Perusahaan Listrik Negara (PLN) baru saja meresmikan pengoperasian Green Hydrogen Plant sebanyak 21 fasilitas pada November lalu. Gebrakan PLN ini mampu memproduksi energi hidrogen 199 ton per tahun. Langkah ini juga membuat PLN menjadi pionir terbentuknya rantai pasok kebutuhan hidrogen hijau di masa depan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, sekaligus mendukung target Pemerintah untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) tahun 2060.

Dengan mulai adanya infrastruktur pendukung, bagaimana potensi dijualnya mobil FCV di Indonesia?

Anton Jimmy Suwandi, selaku Marketing Director PT Toyota-Astra Motor, mengatakan bahwa pihaknya terbuka untuk beberapa kerja sama dalam pengembangan ekosistem hidrogen, bahkan baik PLN maupun Pertamina telah menyatakan minatnya untuk bekerja sama dengan pabrikan.

“Jadi, kami kemarin baru mendengar ya dari PLN dan Pertamina untuk bekerja sama dengan Toyota. Pastinya kami membuka diri untuk itu karena kami tidak hanya mengandalkan satu teknologi, kami akan pelajari apapun teknologi itu untuk mengurangi emisi,” kata Anton ketika menjawab pertanyaan dari VOI sela-sela pertemuan dengan media di Plaza Senayan, Jakarta, Selasa, 12 Desember.

Meskipun demikian, Anton menambahkan bahwa untuk saat ini ekosistem green hydrogen memerlukan banyak infrastruktur pendukung dan pihaknya juga akan mempelajari tren tersebut lebih lanjut

“Ada catatan soal green hydrogen yang kami rasa dapat memberikan solusi untuk kendaraan fuel-cell dan ini membutuhkan infrastruktur, jadi kami akan pelajari tren di masa depan seperti apa. Tapi, kami positif untuk mempelajari sistem ini bagi pihak siapapun yang mau bekerja sama,” jelas Anton.

Toyota memiliki model produksi FCV bernama Mirai yang telah dihadirkan untuk pasar luar negeri. Sedan tersebut memiliki tiga tangki untuk menampung hidrogen yang juga digerakkan oleh lithium-ion 1,24 kWh serta dapat menghasilkan tenaga 182 dk dengan bantuan penggerak roda belakang.