10 Pengalaman Hidup yang Menyebabkan Self-Esteem Rendah
YOGYAKARTA – Self-esteem berkaitan dengan keyakinan nilai diri sebagai manusia yang merupakan sumber psikologis berharga dan umumnya merupakan faktor sangat positif dalam kehidupan. Baik erat kaitannya dengan prestasi, hubungan baik, serta kepuasan hidup. Kurangnya self-esteem atau harga diri, dapat menyebabkan orang depresi, tidak mengenali potensinya, dan menoleransi hubungan toksik.
Seseorang yang terlalu mencintai diri sendiri, juga gagal dalam mengenali haknya bahkan tak mampu menerima kegagalan. Bagi orang yang memiliki self-esteem rendah, menurut psikolog klinis berbasis di NYC, Suzanne Lachmann, Psy.D., disebabkan pengalaman masa lalu yang berikut di bawah ini penjelasannya.
1. Tumbuh di keluarga yang otoritatif
Keluarga yang otoriter dan mengatur semua capaian anak-anaknya, bukan menghasilkan generasi muda yang sukses. Sebaliknya, mengkritik dan tidak menghargai capaian anak-anaknya, membuat buah hatinya merasa sulit untuk percaya dan nyaman pada diri sendiri. Ini juga menyebabkan seseorang memiliki self-esteem rendah.
2. Orang tua terlalu sibuk
Orang tua yang tidak terlibat sepenuhnya dalam perkembangan anak, bisa menyebabkan anak-anaknya kurang self-esteem. Pengasuh atau orang tua yang tidak memberikan perhatian, membuat anaknya sulit memotivasi diri.
3. Orang tua sering bertengkar
Jika orang tua atau pengasuh sering bertengkar, membuat anak-anaknya merasa buruk. Menurut Lachmann dilansir Psychology Today, Rabu, 6 Desember, anak-anak menyerap emosi negatif dan situasi ketidakpercayaan yang telah mereka teladani. Ini menakutkan, membebani, dan tidak terorganisir. Pengalaman masa kanak-kanak atau muda yang mana orang tua bertindak tidak terduga, juga memengaruhi seseorang masa dewasa. Konflik dalam keluarga yang intens, sangat mengancam, dan menimbulkan rasa takut adalah penyebab self-esteem rendah.
4. Tidak mendapatkan dukungan cukup dari keluarga
Jika Anda mendapat dukungan keluarga yang relatif aman, sadar, dan responsi, berpeluang lebih besar memulihkan dan memiliki harga diri lebih besar daripada orang-orang yang diejek dan diintimidasi saat mereka masih kecil. Dukungan yang tidak aman, ditinggalkan, putus asa, dan diliputi kebencian terhadap diri sendiri secara signifikan mengikis kualitas hidup.
5. Orang tua yang terlalu protektif
Orang tua yang terlalu mendukung sampai terasa membatasi, membuat seseorang tidak siap menghadapi dunia secara mendiri. Dalam kaitannya dengan self-esteem, seseorang yang dibesarkan oleh orang tua yang terlalu protektif, tidak siap menghadapi kegagalan, rasa sakit, hingga tanggung jawab.
6. Relasi dengan orang tua dan pengasuh tidak aman
Tumbuh di lingkungan yang aman dan orang tua yang membuat anak-anaknya merasa nyaman selama pertumbuhan, efeknya besar pada pembentukan self-esteem. Kalau relasi dengan orang tua dan pengasuh tidak aman, sulit untuk mendapatkan perhatian dan mendapatkan ruang untuk belajar secara nyaman.
7. Kesulitan akademis tidak terakomodir
Keluarga merupakan pendukung terbaik untuk pertumbuhan anak-anak mereka. Termasuk dalam aspek akademis, orang tua penting memberikan dukungan cukup. Kalau seseorang mengalami kesulitan akademis dan tidak mendapat akomodasi aman di masa lalu, mungkin akan mengembangkan rasa minder. Bahkan untuk menyampaikan pendapat, mereka tak cukup percaya diri atau tak memiliki self-esteem cukup.
8. Trauma
Trauma atau luka masa lalu, perlu disembuhkan. Termasuk pelecehan fisik, seksual, atau emosional, mungkin menyebabkan rendahnya harga diri.
Baca juga:
9. Sistem kepercayaan
Ketika sistem kepercayaan, agama atau lainnya, menempatkan Anda pada posisi seolah-olah merasa terus-menerus berbuat dosa, hal ini bisa menjadi pengalaman hidup yang memengaruhi self-esteem. Sistem kepercayaan terstruktur memiliki dua jalur, jalur yang semuanya baik dan semuanya buruk. Pada akhirnya membuat seseorang merasa bingung, salah, disorientasi, malu, hingga kecewa pada diri sendiri berulang kali.
10. Masyarakat dan media
Banyak masyarakat dan media menyorot kecantikan atau kemampuan seseorang secara tidak realistis. Bahkan kemampuan atau ketidakmampuan diekspresikan secara lantang tanpa memandang bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Akses informasi yang tidak adil sejak dini ini, membentuk seseorang menilai dirinya terlalu rendah bahkan tak mengenali potensi diri karena hanya mengacu pada apa yang umum.
Itulah sepuluh pengalaman atau aspek luar diri yang menyebabkan self-esteem rendah. Maka saran Lachmann, penting untuk terus menemukan cara untuk merasa baik-baik saja dan seaman mungkin dalam hidup. Selain itu, penting juga memahami diri sendiri untuk memulai proses perbaikan.