Gara-Gara COVID-19, Perusahaan Teknologi Banting Setir Produksi Masker

JAKARTA - Sejumlah perusahaan teknologi yang berbasis di China yakni Foxconn dan BYD, mulai beralih produksi menjadi produsen masker. Hal ini terjadi karena pasokan masker di negara tersebut kian menipis, akibat wabah virus corona atau COVID-19.  

Melansir BBC, Foxconn mengatakan bahwa masker ini diperlukan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam mencegah penyebaran COVID-19 di negara tersebut. Perusahaan memperkirakan kapasitas produksi hariannya akan mencapai 2 juta masker pada akhir Februari.

Sebagian besar produksinya akan dicadangkan agar bisa digunakan oleh para karyawannya. Meski begitu, Foxconn juga berencana untuk mengeskpor produksi maskernya ke luar China.

 

Sementara itu BYD, perusahaan otomotif terkemuka di China mulai merancang dan membuat peralatan pelindung juga membantu dalam pembuatan masker dan disinfektan untuk memenuhi segala kekurangan fasilitas kesehatan di negara tirai bambu.

BYD pun berencana untuk memulai pengiriman masker dan disinfektan sekitar 17 Februari dengan kapasitas mencapai lima juta keping per hari sampai wabah epidemi berakhir.

Begitupun dengan produsen baterai lithium, Yinghe Technology yang mengumumkan bahwa mereka telah mengembangkan dan memproduksi mesin terintegrasi otomatis untuk menghasilkan masker. Perusahaan tersebut juga telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Zhende Medical untuk bersama-sama mengembangkan jalur produksi otomatis masker KN95 (M95).

Ilustrasi masker (Bagus Sentosa/VOI)

Produsen ponsel Oppo dan Vivo turut serta mengembangkan masker anti bakteri dan virus untuk menangkal penyebaran wabah corona. Dua vendor smartphone asal China ini telah mengirim teknisi dan pekerja untuk mendukung perusahaan terkait dalam produksi masker.

Laporan terakhir, ada Sharp Corporation yang berbasis di Jepang juga telah merubah haluannya dari produsen TV menjadi produsen masker. Sharp telah memutuskan untuk menggunakan pabrik TV mereka sebagai tempat memproduksi masker.

Sharp mengklaim, hal ini dapat membantu pemerintah dalam memasok masker untuk masyarakat China maupun di luar negara tersebut. Perusahaan itu akan mulai memproduksi 150.000 masker setiap harinya.

Pabrikan asal Jepang yang terletak di Osaka timur ini juga akan memproduksi 500.000 masker sehari dengan memanfaatkan peralatan yang ada di pabrik itu.

Para produsen raksasa teknologi tersebut diklaim akan memproduksi jenis masker yang biasa kita gunakan atau yang lebih dikenal dengan surgical mask. Tak sedikit yang mengklaim bahwa masker tersebut tidak terbukti melindungi penggunanya terhadap infeksi, juga tidak menyaring udara secara efektif.

Namun di sisi lain, mereka juga akan memproduksi masker respirator yang diklaim jauh lebih efektif menyaring partikel udara. Tetapi, harga jualnya pun akan lebih mahal karena bisa digunakan terus-menerus.