Produsen Kendaraan Agresif Rilis Kendaraan Ramah Lingkungan, Sejalankah dengan Produsen Ban?
JAKARTA - Di tengah era yang semakin menekankan keberlanjutan, pergeseran menuju kendaraan ramah lingkungan telah menjadi suatu keharusan. Fokus kini tidak hanya pada mesin dan bahan bakar, namun juga pada komponen-komponen krusial, seperti ban kendaraan.
Produsen kendaraan kini bersaing untuk menghadirkan berbagai opsi kendaraan ramah lingkungan, mulai dari hybrid hingga listrik murni, bahkan ada yang berbahan bakar hidrogen. Namun pertanyaannya, apakah ban kendaraan ini juga sudah ramah lingkungan? Ternyata, masih belum sepenuhnya. Penelitian menunjukkan bahwa serbuk hitam yang dihasilkan oleh ban itu amat beracun memiliki dampak negatif pada udara, tanah, dan air.
Ban yang aus meninggalkan partikel kecil yang disebut sebagai Tire and Road Wear Particles (TRWP), terbentuk akibat gesekan antara ban dan jalan. TRWP mengandung zat beracun, seperti 6PPD-quinone, yang dapat berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia. Beberapa produsen ban, seperti Goodyear, sudah mendukung regulasi yang membatasi penggunaan 6PPD untuk mengurangi dampaknya.
Menurut penelitian dari Imperial College London, dikutip dari The Verge, 17 November, setiap tahunnya di Kota London, Inggris, kendaraan melepaskan 6 juta ton partikel dari ban yang aus. Bayangkan saja, di Amerika Utara sendiri terdapat sekitar 250 juta ban yang dibuang setiap tahunnya.
Baca juga:
Namun, produsen ban utama di seluruh dunia mulai memperhatikan hal ini. Mereka tidak hanya fokus pada peningkatan kinerja ban dalam menghadapi kendaraan listrik yang lebih berat, tetapi juga dalam meminimalkan dampak lingkungan. Bahan-bahan ramah lingkungan mulai digunakan, dan ada bahkan karet hijau di masa depan.
Salah satu inovasi menarik adalah penggunaan guayule dalam pembuatan ban Bridgestone. Sebagai pemasok ban resmi untuk IndyCar, Bridgestone memperkenalkan guayule sebagai bagian dari upaya prototipe ramah lingkungan mereka. Guayule adalah sumber karet alami yang dapat diperbaharui, bersama dengan sumber alam lainnya seperti dari pohon hevea dan bahkan dari dandelion Rusia.
Penggunaan guayule tidak hanya sebagai langkah penggantian, tetapi juga memiliki keuntungan lain. Selain menjadi alternatif yang tahan kekeringan untuk karet alami, guayule juga ditanam di Amerika Serikat, mengurangi ketergantungan pada pohon hevea yang tumbuh terutama di Asia Tenggara.
Sementara itu, Yokohama menggunakan divisi motorsport untuk mengembangkan ban Advan A005, yang terdiri dari 33 persen bahan berkelanjutan. Michelin juga telah memperkenalkan ban yang diklaim terdiri dari 53 persen bahan yang dapat diperbaharui.
Tak hanya produsen kendaraan, kini juga banyak produsen ban telah menetapkan batas waktu untuk beralih ke sumber daya yang dapat diperbaharui. Dunlop berkomitmen untuk membuat 40 persen dari ban mereka dapat diperbaharui pada akhir dekade ini dan 100 persen pada tahun 2050.
Bridgestone juga menetapkan target pada tahun 2050, sambil memperkenalkan model-model baru dengan fokus lebih besar pada keberlanjutan seperti Turanza EV, yang terbuat dari 50 persen ban terbarukan dan bahan daur ulang.
Meskipun kompleks, komposisi ban dapat diuraikan menjadi penggunaan karet alam dan karet sintetis masing-masing sekitar 25 persen, penggunaan pengisi seperti karbon hitam dan silika sekitar 25 persen, dan sisanya termasuk baja, tekstil, minyak, resin, dan bahan lainnya.
Dengan inovasi dan komitmen produsen ban, semua berharap dapat melihat masa depan di mana mobilitas ramah lingkungan tidak hanya terwujud dalam kendaraan, tetapi juga melalui komponen vital seperti ban.