Ortu Harus Tahu, Anak-Anak yang Kurang Bermain Meningkatkan Kecemasan dan Depresi
YOGYAKARTA – Menurut pengamatan peneliti dan profesor psikologi di Boston College, Dr. Peter Gray, tingkat kecemasan, depresi, dan keinginan bunuh diri meningkat secara signifikan di kalangan anak-anak dan remaja selama 50 hingga 60 tahun terakhir. Maka orang tua harus tahu, mengajak dan memberi kesempatan anak bermain sebanyak waktu yang bisa, akan berefek baik baik perkembangan serta kesehatan mental mereka.
Menurut ulasan profesional konselor dan psikolog berlisensi Pamela D. Brown, Ph.D. dilansir Psychology Today, Kamis, 23 November, anak-anak mempelajari keterampilan hidup yang penting melalui permainan. Termasuk diantaranya penanggulangan emosi, ketahanan, ketekunan, kepercayaan diri, dan keberanian untuk mengambil risiko, dari permainan. Hal-hal tersebut tidak diajarkan secara didaktik lewat kelas akademis atau ceramah. Tetapi mereka melibatkan penyelesaian masalah, navigasi sosial, dan kompromi dengna orang lain tanpa buku pelajaran tetapi lewat pengalaman-pengalaman.
Secara konseptual, bermain memberi peluang anak-anak untuk mendiri mengeksplorasi dan mengembangkan kompetensi di berbagai bidang dengan sedikit atau tanpa penilaian. Bermain di kalangan anak-anak sebenarnya juga tidak tanpa penilaian. Tetapi mereka saat bermain bisa mendengarkan masukan satu sama lain, tidak ada batasan formal, dan memenuhi harapan. Permainan bebas memberi kesempatan anak-anak untuk berkreasi dan membuat aturan yang dapat mereka modifikasi berdasarkan kinerja, kemampuan, dan kemauan untuk mengembangkan diri.
Pengawasan tentu harus dilakukan oleh orang dewasa. Anak-anak yang berpartisipasi dalam aktivitas tidak terstruktur ini lebih berpeluang perselisihan dan persaingan. Maka sebaiknya, meski bebas mereka bisa bermain, tetap awasi bagaimana mereka berinteraksi dengan teman sebayanya, pola interaksi, dan waktu serta ruang.
Baca juga:
Dalam situasi ruang yang terbatas, anak-anak mungkin berkesempatan berkumpul dengan teman sebaya melalui sosial media. Tetapi kelemahannya, interaksi berbasis teks elektronik ini tidak memungkinkan anak-anak belajar banyak membaca isyarat sosial lewat ekspresi wajah. Selain itu, mainan gawai juga menciptakan ilusi anonimitas. Interaksi yang dilakukan juga kadang terkesan impulsif dan tidak sensitif.
Untuk mendorong anak-anak bermain dan memainkan permainan tertentu, Anda bisa bercerita tentang asiknya main halma atau catur. Bahkan melukis dan memainkan alat musik dapat memberi rasa tenang, pelarian yang positif dari rutinitas akademis, kreativitas, dan produktivitas tanpa penghakiman. Penting dipahami, ortu perlu mendorong anak-anak untuk mencoba banyak pengalaman bermain. Karena tanpa mencobanya, mereka tidak akan tahu penemuan yang bernilai dari pengalaman bermain.