Menlu Retno: Alasan Self Defense Tidak Dapat Dipakai Penjajah Seperti Israel

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia mengatakan, alasan pembelaan diri Israel atas tindakannya di Jalur Gaza tidak dapat diterima, karena alasan itu tidak bisa dipakai penjajah seperti Israel.

Itu disampaikan Menlu Retno dalam pertemuan delegasi menteri sejumlah negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov di Moskow.

Bertemu empat jam, Menlu Retno mengatakan para menteri OKI kembali menyampaikan kutukan terhadap apa yang dilakukan Israel terhadap Gaza.

Dikatakan olehnya, alasan Israel mengenai apa yang dilakukan saat ini di Gaza sebagai self defense, sangat tidak dapat diterima

"Alasan tesebut tidak dapat dipakai oleh penjajah seperti Israel," kata Menlu Retno dalam keterangan video dari London, Inggris, Rabu 22 November.

"Alasan self defense tidak dapat dijadikan license to kill civilians, tidak dapat dijadikan alasan untuk membunuh masyarakat sipil dan menyerang fasilitas sipil," lanjut Menlu Retno.

Dikatakan Menlu Retno, Rusia melalui Menlu Lavrov menyambut baik kunjungan delegasi Menteri OKI, yang merupakan follow up dari KTT bersama OKI dengan Liga Arab di Riyadh, dengan tujuan menghentikan kekejaman di Gaza dan melancarkan bantuan kemanusiaan.

Lanjutnya, Rusia juga sepakat dengan butir-butir yang ada dalam Resolusi KTT Bersama OKI-Liga Arab.

"Kami menyampaikan pentingnya semua negara melihat secara jernih isu Gaza dan mengambil sikap yang adil," ungkap Menlu Retno.

"Sangat urgent untuk segera mengambil tindakan agar kekerasan dapat dihentikan, gencatan senjata dapat terwujud dan bantuan kemanusiaan dapat diberikan secara lancar," urainya.

Ia menambahkan, untuk mewujudkan itu, diperlukan dukungan dari banyak negara, terutama negara-negara anggota tetap DK PBB, termasuk Rusia.

Usai mengunjungi Rusia, delegasi menteri OKI telah berada di London, Inggris untuk bertemu dengan Menlu David Cameron Rabu pagi waktu setempat.

Siangnya, delegasi akan terbang ke Paris, Prancis, untuk menemui Presiden Emmanuel Macron. Di dua negara tersebut, delegasi akan kembali membahas situasi di Jalur Gaza.