Soal Pembebasan Sandera di Gaza, Gedung Putih: Masih Ada yang Harus Diselesaikan
JAKARTA - Gedung Putih menyebut masih ada sejumlah hal yang perlu dikerjakan terkait dengan pembebasan sandera di Gaza, namun mengakui itu semakin dekat untuk terwujud dibanding sebelumnya.
Mengatakan perundingan pembebasan sandera di Gaza sudah berada di tahap akhir, namun Gedung Putih enggan merinci lebih lanjut dengan pertimbangan akan memengaruhi perundingan yang tengah dilakukan.
"Kami yakin kita semakin dekat dibandingkan sebelumnya, jadi kami penuh harapan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan, melansir France24 dari AFP 21 November.
"Tetapi masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Dan tidak ada yang dilakukan sampai semuanya selesai. Jadi, kami akan terus mengerjakannya," lanjutnya.
Kirby menambahkan, pengaturan masih dilakukan di semua sisi.
"Ketika Anda memutuskan untuk melaksanakannya, Anda mengandalkan semua orang untuk memenuhi komitmen mereka. Dan itulah yang kami lakukan," tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Presiden Biden yakin kesepakatan sudah dekat untuk menjamin pembebasan sejumlah sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza, saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih Hari Senin.
"Saya yakin begitu," kata Presiden Biden saat ditanya tentang kemungkinan kesepakatan pembebasan sandera, dikutip dari Reuters.
Terpisah, The Washington Post melaporkan pada Hari Sabtu, ada kesepakatan tentatif untuk membebaskan puluhan perempuan dan anak-anak yang disandera di Gaza dengan imbalan jeda pertempuran selama lima hari.
Sedangkan Perdana Menteri Qatar mengatakan pada Hari Minggu, kesepakatan untuk membebaskan 240 sandera yang disandera Hamas dalam serangannya pada 7 Oktober terhadap Israel sebagai imbalan atas gencatan senjata sementara, kini bergantung pada masalah-masalah praktis yang "kecil".
Pekan lalu, Reuters melaporkan Qatar tengah mengupayakan kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menukar 50 sandera sebagai imbalan atas gencatan senjata tiga hari, yang akan membantu meningkatkan pengiriman bantuan darurat ke warga sipil Gaza, mengutip seorang pejabat yang memberikan penjelasan tentang pembicaraan tersebut.
Diketahui, sekitar 240 orang ditangkap dan disandera dalam serangan kelompok militan Hamas ke wilayah Israel selatan pada 7 Oktober lalu. Selain itu, sekitar 1.200 orang tewas akibat serbuan tersebut, menurut penghitungan Israel.
Itu membuat Israel kemudian membombardir dan memblokade kawasan kantong tersebut, sebelum belakangan menggelar operasi darat di kota tersebut.
Baca juga:
- 28 Bayi Prematur yang Dievakuasi dari Gaza Berhasil Tiba di Mesir
- Usai ke Beijing, Menlu Retno dan Delegasi OKI Bakal Sambangi Moskow untuk Galang Dukungan Gencatan Senjata di Gaza
- Menlu Retno Kutuk Keras Penyerangan Terhadap RS Indonesia di Gaza, Belum Ada Kabar dari Tiga WNI yang Jadi Relawan
- Dokter dan WHO Sebut Bayi yang Dievakuasi dari RS di Gaza Menderita Infeksi dan Kondisi Serius
Sementara itu, otoritas di Gaza pada Hari Senin mengatakan, jumlah korban tewas akibat serangan Israel telah melonjak lebih dari 13.300 orang, seperti dikutip dari Anadolu.
Dalam sebuah pernyataan, kantor media pemerintah yang berbasis di Gaza mengatakan jumlah korban tewas mencakup 5.600 anak-anak dan 3.550 perempuan.
Ditambahkannya, korban tewas juga mencakup 201 staf medis, 22 anggota tim penyelamat pertahanan sipil dan 60 jurnalis.