Akademi di Jepang Ini Tawarkan Kursus Menangkap hingga Memasarkan Hewan Liar

JAKARTA - Berbeda dari akademi pada umumnya, akademi di Jepang ini menawarkan kursus tentang semua aspek penangkapan, pengolahan hingga pemasaran hewan liar, dengan harapan dapat meningkatkan konsumsi hewan seperti rusa dan babi hutan yang dimusnahkan dalam jumlah besar untuk mencegah kerusakan tanaman.

Seiji Yamasue, yang mendirikan Akademi Gibier Jepang di Usa, Prefektur Oita pada Mei lalu berharap rusa dan babi hutan dapat menjadi "jenis daging keempat yang banyak dikonsumsi", selain daging sapi, babi dan ayam sehingga dapat mengurangi limbah dari pemusnahan binatang liar, dilansir dari Kyodo News 15 November.

Siswa di akademi ini belajar tentang berburu, menyembelih, menguliti dan memasak hewan liar, bagaimana mengubahnya menjadi produk untuk konsumsi komersial.

Akademi ini juga memiliki ruang kelas yang disiapkan bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman langsung menguliti dan memotong hewan liar.

Di pedesaan Jepang, kerusakan terhadap alam liar semakin parah seiring bertambahnya usia populasi dan semakin banyak hewan yang masuk ke wilayah manusia.

Berdasarkan data terbaru, biaya pemusnahan di Oita mencapai sekitar 150 juta yen (1 juta dolar AS) pada tahun fiskal 2022, seiring dengan upaya mereka untuk terus memitigasi dampak buruk dengan meningkatkan minat masyarakat untuk mengonsumsi hewan liar dan perburuan.

Diketahui, lebih dari 70.000 babi hutan dan rusa ditangkap pada tahun 2019 di prefektur tersebut, yang merupakan angka tertinggi kedua di Jepang, katanya.

Yamasue, yang mengelola sebuah perusahaan pengolahan daging, mengatakan ia mengetahui bangkai hewan liar yang dimusnahkan pada umumnya dibuang. Hal ini meyakinkannya diperlukan pabrik pengolahan khusus untuk daging hewan buruan.

Saat mengamati pabrik pengolahan hewan liar di barat daya Pulau Kyushu, namun ragu apakah dagingnya ditangani dengan cara yang aman, Yamasue mengatakan dia berpikir untuk "menciptakan tempat yang mengajarkan cara yang tepat" untuk mengolah daging hewan buruan.

Berbeda dengan hewan ternak yang bobotnya diatur secara terstandar, bobot hewan liar tidak merata sehingga sulit untuk disembelih.

Yamasue mengatakan, dia berharap untuk melihat penyebaran "cara yang tepat dalam mengolah daging hewan buruan untuk mendorong distribusi lebih besar dari hewan liar yang lezat."