Kemenkes Siapkan Tempat untuk Kembang Biak Nyamuk Wolbachia
JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mempersiapkan tempat berupa rumah-rumah yang dipilih sebagai tempat pengembangbiakan nyamuk dengan bakteri wolbachia untuk mengatasi demam berdarah dengue (DBD).
"Ini masih dalam tahap persiapan dan perhitungan oleh tim Kemenkes," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan (Kasudinkes) Jakarta Barat, Erizon Safari saat dihubungi di Jakarta, Antara, Jumat, 17 November.
Bakteri wolbachia adalah bakteri alami yang dapat tumbuh pada nyamuk untuk melumpuhkan virus dengue dalam tubuh aedes aegypti sehingga mengurangi resiko penyebaran DBD.
Meskipun telah menyiapkan 4.100 ember bibit nyamuk berwolbachia yang akan diluncurkan di Kecamatan Kembangan, kata Erizon, tanggal pasti peluncuran bibit nyamuk pemusnah DBD tersebut tetap menunggu kesepakatan antara Kementerian Kesehatan dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
"Menunggu Memorandum of Understanding Kemenkes dan (Pemprov) DKI dulu," kata Erizon.
Sebelumnya, Erizon menyebut penanganan DBD dengan nyamuk berwolbachia terbukti 87 persen efektif saat diujicoba di beberapa wilayah seperti Bantul, Sleman dan Yogyakarta.
"Ini sudah ada implementasi, karena 'pilot project' (proyek awal) sudah sejak 2014 dilakukan di Sleman, Bantul dan Yogyakarta. Jadi, karena sudah terbukti menurunkan sampai 87 persen, sehingga diimplementasikan di lima kota (salah satunya Jakbar)," kata Erizon pada Kamis (2/11).
Adapun penyebaran ember dengan bibit nyamuk berwolbachia tersebut akan dilakukan di Kecamatan Kembangan.
Baca juga:
- Boyamin Saiman MAKI Bilang Ketua KPK Firli Bahuri Cemen
- Hasil Rapat Koordinasi dengan KPK, Polri Sebut Dugaan Pemerasan SYL oleh Firli Bahuri Tak Sampai ke Supervisi
- Soal Kasus Pemerasan SYL, Polda Metro Jaya Tegaskan Belum Ada Kendala
- Kecelakaan 2 Pesawat Super Tucano TNI AU, Tim Investigasi Fokus Cari Flight Data Recorder
Sebelumnya, Erizon mengungkapkan kasus DBD di Jakarta Barat selama Januari hingga Agustus 2023 mengalami fluktuasi, namun cenderung menurun.
“Pada Januari ada 132 kasus, Februari 94, Maret 105, April 125, Mei 95, Juni 80, Juli 66, dan Agustus 39 kasus,” ungkap Erizon.