Rupiah Diproyeksikan Menguat Tipis saat Investor Tunggu Data Ekonomi AS

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada hari Rabu 15 November 2023 diperkirakan akan kembali menguat tipis di tengah fokus pasar pada data inflasi indeks harga konsumen utama (CPI AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari selasa 14 November, Kurs rupiah spot menguat tipis 0,04 persen ke Rp15.694 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor naik 0,08 persen secara harian ke level harga Rp15.699 per dolar AS.

Ibrahim Assuaibi Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka mengatakan fokus pasar pada data inflasi indeks harga konsumen utama (CPI AS) yang dirilis hari ini. Angka tersebut diperkirakan menunjukkan penurunan inflasi hingga bulan Oktober, setelah inflasi meningkat melampaui ekspektasi selama dua bulan terakhir.

"Angka tersebut juga muncul tak lama setelah serangkaian pejabat Federal Reserve memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi dapat memberi bank lebih banyak dorongan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut. Suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama diperkirakan akan melemahkan asset-aset beresiko," Ujarnya dalam keterangannya, Rabu 15 November.

Selain itu, kekhawatiran terhadap Tiongkok juga membebani sentimen regional, karena data menunjukkan perlambatan lebih lanjut dalam aktivitas pinjaman di negara tersebut hingga bulan Oktober., data menunjukkan pada hari Senin.

Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat likuiditas di negara tersebut menurun meskipun ada langkah-langkah stimulus baru-baru ini dari pemerintah.

Ibrahim menyampaikan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi global dan domestik terkini, Bank Indonesia (BI) melihat peluang sejumlah indikator ekonomi makro mungkin melemah pada tahun 2024.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan diperkirakan akan berada di kisaran 5 persen yoy. Ini lebih lambat bila dibandingkan dengan prognosa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 dalam ATBI 2023 yang sebesar 5,01 persen yoy.

Meski demikian, optimistis ada sejumlah hal yang mampu mendorong kekuatan pertumbuhan ekonomi tahun depan. Terutama karena kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu), dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Kemudian tingkat inflasi pada tahun 2024 diperkirakan sebesar 3,20 persen yoy. Ini juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan prognosa inflasi dalam ATBI 2023 yang sebesar 2,84 persen. Peningkatan inflasi pada tahun depan sejalan dengan permintaan yang masih baik dan dampak dari nilai tukar yang lebih lemah.

Ada 6 faktor dari kondisi global yang dapat berimplikasi pada ekonomi domestik. Sehingga, asumsi makroekonomi dilakukan penyesuaian. Pertama, pertumbuhan ekonomi global melemah atau slower growth.

Kedua, inflasi global yang masih tinggi meski sudah dilakukan pengetatat moneter, hal ini tentu berdampak pada kondisi ekonomi global yang ketiga yakni, suku bunga acuan tinggi dalam waktu lebih lama atau higher for longer. Kelima, penguatan dolar dan terakhir kembalinya aliran modal ke negara maju atau cash is the king.

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Rabu 15 November dalam rentang harga Rp15.650- Rp15.750 per dolar AS.