JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat, 29 November 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis, 28 November 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup naik 0,40 persen di level Rp15.872 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,41 persen ke level harga Rp15.864 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan investor menahan diri untuk tidak memasang taruhan besar sebelum libur Thanksgiving AS, yang kemungkinan akan terus diperdagangkan tipis selama sisa minggu ini.
"Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) ukuran inflasi dasar yang disukai Federal Reserve meningkat sesuai dengan perkiraan," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Jumat, 29 November.
Selain itu, Ibrahim menyampaikan pembacaan lain menunjukkan bahwa ekonomi AS berkembang dengan kecepatan yang solid pada kuartal ketiga.
Menurutnya, ketidakmampuan untuk mencapai target inflasi 2 persen Federal Reserve, dikombinasikan dengan kemungkinan peningkatan tarif impor, dapat membatasi kemampuan bank sentral untuk menurunkan suku bunga tahun depan.
Ibrahim menyampaikan pembacaan tersebut disertai dengan data produk domestik bruto yang menunjukkan pertumbuhan yang stabil pada kuartal ketiga, serta data klaim pengangguran mingguan yang sedikit lebih kuat dari yang diharapkan.
"Meskipun pembacaan tersebut tidak banyak menghalangi ekspektasi untuk penurunan suku bunga pada bulan Desember, para pedagang terlihat semakin tidak yakin atas prospek suku bunga pada tahun 2025," ujarnya.
Sementara dari dalam negeri, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2 persen pada 2025 dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan 5,1 persen pada 2024.
Sedangkan pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada level 5,2 persen pada asumsi dasar makro dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 dan 2025.
OECD menilai konsumsi akan tetap kuat dan investasi swasta kemungkinan akan meningkat. Defisit fiskal akan sedikit melebar karena belanja publik untuk Ibu Kota Nusantara, tetapi diproyeksikan akan tetap di bawah batas 3 persen. Bank Indonesia diperkirakan akan terus menurunkan suku bunga pada akhir 2024 dan 2025.
Di sisi lain, OECD melaporkan setidaknya terdapat tiga hal yang bisa menyebabkan perubahan besar dalam proyeksi tersebut.
Pertama, lonjakan baru dalam harga pangan dan energi hal ini berpotensi menyebabkan biaya hidup yang lebih tinggi dan beban fiskal subsidi sehingga OECD menyarankan adanya reformasi dari subsidi agar lebih tepat sasaran (targeted).
Kedua, perubahan minat investor untuk risiko di negara berkembang hal ini berpotensi menyebabkan peningkatan suku bunga dan menyebabkan arus keluar mata uang.
BACA JUGA:
Dengan demikian, OECD menyarankan untuk mempertahankan pemberian pinjaman yang hati-hati dengan rasio cakupan yang memadai; menjaga tingkat cadangan mata uang.
Ketiga, bencana alam. OECD menilai Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana alam, seperti cuaca ekstrem, aktivitas vulkanik dan gempa, yang dapat menimbulkan biaya fiskal, ekonomi dan sosial yang besar.
Sehingga, OECD menyarankan untuk menggabungkan iklim ke dalam uji stres keuangan dan peraturan perencanaan lahan serta meningkatkan cakupan asuransi.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Jumat, 29 November 2024 dalam rentang harga Rp15.810 - Rp16.890 per dolar AS.