Diterpa Isu Suku Bunga Acuan Turun, Rupiah Menguat
Rupiah (foto: dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan senin 5 Februari 2024 diperkirakan akan kembali bergerak fluktuatif namun ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring ekspetasi penurunan suku bunga acuan. 

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Jum'at 2 Februari, Kurs rupiah spot di tutup menguat 0,55 persen Rp15.660 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup naik 0,67 persen ke level harga Rp15.688 per dolar AS. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan pasar menantikan penurunan suku bunga pada bulan Mei seiring pendekatan nonfarm payrolls Setelah The Fed meremehkan perkiraan penurunan suku bunga di bulan Maret, para pedagang mulai memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Mei.

"Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan peluang penurunan suku bunga di bulan Mei lebih dari 60 persen, dan analis juga memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya empat kali lagi setelah bulan Mei," ujarnya dalam keteranganya dikutip senin 5 Februari.

Meskipun skenario seperti ini menjadi pertanda baik bagi mata uang Asia yang didorong oleh risiko, The Fed belum memberikan indikasi bahwa mereka akan memangkas suku bunga secara besar-besaran pada tahun 2024. 

Bank sentral menegaskan kembali bahwa rencana mereka untuk menurunkan suku bunga sebagian besar akan ditentukan oleh jalur inflasi, yang sejauh ini masih melekat.

Data nonfarm payrolls diperkirakan akan memberikan lebih banyak petunjuk mengenai pasar tenaga kerja. The Fed juga menyebutkan melemahnya pasar tenaga kerja sebagai salah satu faktor utama yang mendorong penurunan suku bunga.

Dari sisi internal, Bank Indonesia menyatakan bahwa ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di dunia pada 2023 dengan pertumbuhan ekonomi sekitar lima persen. Hal itu disertai dengan inflasi sebesar 2,61 persen atau salah satu yang terendah di dunia. 

Pencapaian tersebut merupakan prestasi yang membanggakan jika melihat pertumbuhan ekonomi dan inflasi negara-negara maju yang mengalami tekanan. Misal ekonomi AS yang hanya mencapai tiga persen pada tahun lalu, Cina tahun lalu lima persen, tahun ini 4,6 persen.

 BI memprediksi gelombang ekonomi global pada 2024 dan 2025 akan lebih rendah dari 2023 atau 2022. Salah satu faktor yang dapat mendorong dinamika ekonomi global tahun ini ialah kontestasi pemilihan umum (pemilu) yang terjadi di 54 negara pada 2024. 

Selain itu, BI juga optimis Fed Fund Rate akan mulai mengalami penurunan sebesar 75 basis poin pada semester kedua 2024. Begitu pun dengan melemahnya dolar AS yang juga akan mulai terjadi saat memasuki semester kedua  2024. 

Guna untuk menjaga tren positif maka pemerintah memiliki lima sinergi kebijakan ekonomi nasional. Hal ini meliputi kebijakan fiskal moneter, kebijakan SSK dan akselerasi transformasi sektor keuangan, akselerasi digitalisasi ekonomi keuangan nasional, hilirisasi minerba dan nonminerba, serta kebijakan perdagangan investasi dan infrastruktur. 

Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan senin 5 Februari dalam rentang harga Rp15.610- Rp15.700 per dolar AS.