Bagikan:

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat, 20 September 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis, 19 September 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup di level Rp15.335 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,07 persen ke level harga Rp15.350 per dolar AS.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan Federal Reserve memutuskan memangkas suku bunga sebesar 50 bps di kisaran 4,75 persen-5,00 persen, dengan alasan keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan terus surut ke target tahunan bank sentral AS sebesar 2 persen.

"Para pembuat kebijakan melihat suku bunga acuan Fed akan turun 50 bps lagi pada akhir tahun ini, 100 bps lagi pada tahun 2025, dan 50 bps lagi pada tahun 2026 hingga berakhir pada kisaran 2,75 persen-3,00 persen," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Jumat, 20 September.

Ibrahim menyampaikan pemotongan suku bunga yang sangat besar oleh Federal Reserve memicu beberapa kekhawatiran atas ekonomi yang melambat.

Bank sentral khawatir atas perlambatan di pasar tenaga kerja, yang berpotensi menimbulkan lebih banyak hambatan ekonomi dalam beberapa bulan mendatang.

Menurut Ibrahim, pemotongan suku bunga The Fed menimbulkan reaksi beragam Bank sentral memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada hari Rabu batas atas ekspektasi pasar dan mengumumkan dimulainya siklus pelonggaran yang akan membuat suku bunga turun lebih jauh.

Sementara suku bunga yang lebih rendah biasanya menjadi pertanda baik bagi aktivitas ekonomi, pemotongan agresif The Fed memicu beberapa kekhawatiran atas potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi dalam negeri, Neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 tercatat melanjutkan kondisi surplus, sehingga surplus terjadi 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Bank Indonesia (BI) menilai capaian surplus neraca perdagangan tersebut menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan dari level 6,25 persen menjadi 6,00 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RGD) September 2024 di Jakarta, Rabu, 18 September 2024.

Keputusan BI tersebut dinilai berani, taktis dan antisipatif (preemptive) untuk menopang penguatan ekonomi di tengah indikasi melemahnya sejumlah sendi-sendi perekonomian.

Melemahnya sendi perekonomian tersebut terindikasi dari deflasi empat bulan berturut-turut, angka PMI manufaktur di bawah ambang batas normal 50 selama dua bulan terakhir, indeks kepercayaan pebisnis dan konsumen menurun, serta angka pengangguran terus mendaki setiap bulannya

Keputusan menurunkan suku bunga acuan ini menjadi bukti bahwa BI tak sekadar mengekor pada bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed. BI ‘berani’ mendahului The Fed yang baru akan memutuskan menahan atau menurunkan suku bunga Federal Funds Rate (FFR) pada pertemuan 20-21 September 2024.

Dengan penurunan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6 persen yang dinilai tepat waktu dan tujuan ini, diharapkan perbankan juga akan melakukan penyesuaian suku bunga.

Tujuannya agar permintaan kredit bisa terdongkrak sehingga perekonomian kembali pulih dan membaik di masa transisi pemerintahan.

Jika ekspektasi inflasi mengarah ke target sasaran yang 2,5 persen dan kurs rupiah tetap stabil, maka masih ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan, setidaknya (menurunkan) 50-75 bps menjadi 5,50 -5,25 persen untuk menjadi stimulus perekonomian dari jalur kebijakan moneter yang tetap pro-growth.

Ibrahim memperkirakan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Jumat, 20 September 2024 dalam rentang harga Rp15.150 - Rp15.250 per dolar AS.