Mengenal Pendiri Solana Anatoly Yakovenko, Dari Qualcomm Hingga Jadi CEO Solana
JAKARTA - Blockchain Solana telah menjadi salah satu pemain utama di industri kripto dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya Solana mampu menawarkan solusi skalabilitas dan kecepatan transaksi yang unggul dibandingkan dengan blockchain lama seperti Bitcoin dan Ethereum.
Namun, siapa sebenarnya sosok penting di balik blockchain Solana? Bagaimana perjalanan karier dan pendidikannya? Berikut ini profil singkat tentang CEO Solana Labs, Anatoly Yakovenko, yang merupakan otak di balik pengembangan blockchain Solana.
Profil Singkat Pendiri Solana Anatoly Yakovenko
Anatoly Yakovenko lahir di Ukraina, tetapi kemudian pindah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikan dan bekerja. Melansir Coingape, dia memilih belajar ilmu komputer di University of Illinois Urbana-Champaign, meskipun saat itu sedang terjadi gelembung dot-com yang membuat banyak orang ragu-ragu untuk mengambil bidang tersebut. Yakovenko menyadari ilmu komputer menjadi dasar untuk menciptakan blockchain Solana di masa depan.
Setelah lulus, Yakovenko memulai karier profesionalnya dengan mendirikan startup Voice Over Internet Protocol (VOIP) bernama Alescere. Dia bekerja di sana selama tiga tahun sebelum bergabung dengan Qualcomm, salah satu perusahaan teknologi terkemuka di dunia.
Di Qualcomm, Yakovenko menangani berbagai proyek inovatif, seperti produk virtual dan augmented reality, kamera 3D, dan sistem operasi perangkat seluler. Dia bekerja di Qualcomm selama lebih dari sepuluh tahun, dan juga sempat bekerja di beberapa perusahaan lain seperti Mesosphere dan Dropbox.
Sejarah Blockchain Solana
Yakovenko adalah penggemar awal cryptocurrency. Dia mengikuti perkembangan Bitcoin dan Ethereum dengan cermat. Yakovenko melihat potensi besar teknologi blockchain, tetapi juga menyadari keterbatasan dan tantangan yang dihadapi oleh jaringan blockchain generasi pertama (blockchain Bitcoin dan Ethereum) seperti masalah skalabilitas dan waktu pemrosesan transaksi yang lambat. Untuk mengatasi hal ini, Yakovenko memutuskan untuk menciptakan blockchain baru yang lebih canggih dan efisien.
Pada akhir tahun 2017, Yakovenko bersama dengan beberapa rekannya yang juga mantan karyawan Qualcomm, seperti Greg Fitzgerald, Stephen Akridge, dan Raj Gokal, mendirikan Solana Labs, perusahaan yang mengembangkan blockchain Solana. Nama Solana diambil dari nama pantai terkenal di California, tempat Yakovenko tinggal.
Solana Labs mengenalkan mekanisme baru yang disebut Proof-of-History (PoH), yang memungkinkan jaringan untuk mencatat waktu dan urutan transaksi dengan akurat tanpa bergantung pada mekanisme konsensus tradisional seperti Proof-of-Work (PoW) atau Proof-of-Stake (PoS). Dengan PoH, Solana dapat mencapai skalabilitas yang tinggi dengan biaya yang rendah.
Baca juga:
Pembunuh Ethereum
Solana mulai mendapatkan popularitasnya pada tahun 2021, ketika harga token SOL melonjak dari sekitar 2 dolar AS (Rp31 ribuan) menjadi 250 dolar AS (Rp3,9 jutaan) dalam kurun waktu satu tahun. Solana dijuluki sebagai Ethereum Killer alias Pembunuh Ethereum, karena menawarkan performa yang lebih baik daripada blockchain terbesar kedua di dunia itu.
Solana diklaim mampu memproses hingga 65.000 transaksi per detik, sementara Ethereum hanya sekitar 15 transaksi per detik. Solana juga memiliki biaya transaksi yang jauh lebih murah daripada Ethereum, yang sering kali mengalami lonjakan biaya gas yang tinggi.
Namun, Solana bukan tanpa masalah. Pada tahun 2021, jaringan Solana mengalami beberapa kali pemadaman, yang disebabkan oleh beban transaksi yang berlebihan. Hal ini menimbulkan keraguan tentang keandalan dan keamanan jaringan Solana.
Yakovenko mengakui bahwa pemadaman tersebut adalah tantangan yang harus dihadapi oleh jaringan yang baru berkembang, tetapi juga menegaskan bahwa pemadaman tersebut menunjukkan kekuatan jaringan Solana, karena dapat pulih dengan cepat dan tanpa kehilangan data.
Meningkatkan Performa Solana
Pada tahun 2023, Solana terus meningkatkan performa dan ekosistemnya. Jaringan Solana tidak mengalami pemadaman lagi, dan memiliki waktu aktif 100% pada paruh pertama tahun ini. Jaringan Solana juga menjadi tuan rumah bagi berbagai aplikasi Web3, seperti game, proyek NFT, dan lainnya, yang menarik banyak pengguna dan pengembang.
Yakovenko tetap menjadi CEO Solana Labs, dan bertanggung jawab atas pengembangan dan inovasi blockchain Solana. Selain menjadi CEO Solana Labs, Yakovenko juga aktif berbagi pengetahuan dan pengalamannya tentang blockchain dan kripto melalui media sosial dan podcast.
Anatoly Yakovenko telah menjelma menjadi salah satu tokoh penting di industri kripto, yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan dan inovasi teknologi blockchain. Dia ingin blockchain Solana menjadi jaringan terbaik di dunia.