Indonesia Masih Resesi, Ekonomi Kuartal I/2021 Diprediksi Negatif

JAKARTA - Indonesia menjadi salah satu negara yang ekonominya masih resesi di tahun lalu. Menyusul, realisasi pertumbuhan ekonomi yang minus 2,07 persen sepanjang tahun 2020.

Ekonomi kuartal I/2021 pun diprediksi masih berada di zona negatif. Artinya, Indonesia masih akan mengalami resesi. 

Pemerintah mengeluarkan proyeksi sangat optimistis untuk perekonomian nasional di kuartal pertama 2021.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan,  pemerintah menargetkan perekonomian Indonesia akan tumbuh 4,5 hingga 5,5 persen tahun ini. Proyeksi kuartal pertama diperkirakan 1,6 pesen sampai 2,1 persen.



Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal I/2021 berada di kisaran minus 1 persen.



Prediksi dari Indef tersebut tidak terlepas dari situasi penyebaran COVID-19 yang masih tinggi, perkembangan daya beli masyarakat dan inflasi yang dibawah 1,5 persen pada Januari 2021.

Tak hanya itu, menurut Tauhid, hingga kini beberapa hal belum menunjukkan adanya perubahan signifikan yang terjadi di awal tahun ini.



"Ini masih belum banyak berubah, ada perbaikan tetapi masih lambat," ujarnya, pekan lalu.



Menurut dia, pemberlakuan kebijakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro juga turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Tentunya, hal ini masih akan berdampak pada sektor perekonomian.

Sehingga pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal pertama tahun ini masih akan tetap tumbuh minus.



"Jadi jangan berharap dengan situasi sekarang akan tumbuh positif. Kita perkirakan minus 1 persen, belum bisa positif," jelasnya.



Upaya pemerintah mengungkit pertumbuhan positif



Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mengungkit pertumbuhan ekonomi yang positif di tahun ini. Salah satunya melalui program vaksinasi COVID-19 yang sudah mulai di jalankan dengan target utama adalah tenaga medis.



Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki menyebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 dalam posisi tren yang membaik.

Sebab, jika dilihat secara kuartal ekonomi domestik terus mengalami perbaikan. Ia berharap tren ini berjalan di 2021, seiring dengan program vaksinasi COVID-19 yang dilakukan pemerintah.



Adapun pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II/2020 tercatat minus sebesar 5,32 persen. Kemudian membaik pada kuartal III/2020 yang tercatat minus 3,49 persen.

Perbaikan kembali ditujukan pada kuartal IV/2020 sebesar minus 2,19 persen. Dengan demikian secara keseluruhan ekonomi domestik tercatat sebesar minus 2,07 persen.



"Kuncinya menyelesaikan COVID-19. Kita perlu sukseskan program vaksinasi karena game changer dari ekonomi, kita juga harus menerapkan protokol kesehatan. Kalau kita bekerjasama kita bisa atasi COVID ini lebih cepat," katanya, dalam acara ngorbol bareng alumni lima, Sabtu, 13 Februari.



Sementara itu, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita turut serta mendorong pemulihan ekonomi nasional (PEN) di tahun ini lewat industri 4.0.

Katanya, PEN dapat dicapai dengan menjalankan program-program prioritas yang mampu mendorong aktivitas ekonomi, peningkatan konsumsi, peningkatan ekspor, dan peningkatan investasi, dengan industri sebagai roda penggerak utamanya.



Program-program prioritas tersebut di antaranya adalah program pendidikan dan pelatihan vokasi, program riset serta inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditopang melalui kegiatan percepatan pemanfaatan transformasi industri 4.0.



Kemudian, optimalisasi pemanfaatan teknologi industri, penyelenggaraan forum penguatan kapasitas lembaga sertifikasi industri hijau, program nilai tambah dan daya saing industry, serta pelaksanaan peta jalan Making Indonesia 4.0.



Tak hanya itu, kata Agus, dukungan manajemen melalui peningkatan kapasitas Aparatur Sipil Negara Kemenperin, layanan data dan informasi industri 4.0 juga diharapkan menjadi penguat PEN sekaligus menjadi modal penggerak dalam berkomitmen mencapai reformasi birokrasi.


Selain itu, untuk menjaga tren perbaikan ekonomi menuju pertumbuhan positif, pemerintah dan Bank Indonesia sepakat untuk menjaga inflasi dalam kisaran sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada tahun 2021, sebagai langkah menjaga momentum perbaikan ekonomi.



"Inflasi yang rendah dan stabil diharapkan bisa mendukung pemulihan perekonomian serta pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkesinambungan menuju Indonesia Maju," Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dilansir setkab.go.id, Minggu, 14 Februari.



Menurut Airlangga, pemerintah dan BI juga menyepakati strategis untuk memperkuat pengendalian inflasi. Di antaranya, menjaga inflasi kelompok bahan pangan bergejolak (volatile food) dalam kisaran 3 persen hingga 5 persen.



Upaya tersebut, ini dilakukan dengan memperkuat empat pilar strategi yang mencakup keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran Distribusi, dan komunikasi efektif (4K) di masa pandemi COVID-19.



Pemerintah, kata Airlangga, juga menjaga ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi terutama dalam mengantisipasi kenaikan permintaan menjelang Ramadan dan Idulfitri pada bulan April dan Mei 2021 serta Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) lainnya.



Langkah lainnya, adalah memperkuat koordinasi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pengendalian inflasi, memperkuat sinergi antar kementerian/lembaga (K/L), memperkuat ketahanan pangan nasional dengan meningkatkan produksi melalui program food estate serta menjaga kelancaran distribusi melalui optimalisasi infrastruktur dan upaya penanganan dampak bencana alam.