Harga Pangan Pokok Naik, DPR Cecar Bos Bapanas
JAKARTA - Komisi IV DPR RI menyoroti lonjakan harga sejumlah bahan pangan pokok yang cenderung terus meningkat akhir-akhir ini. Komoditas yang mengalami kenaikan adalah daging, telur, beras media, hingga jagung ditingkat peternak.
Awalnya, Ketua Komisi IV DPR Sudin mengatakan bahwa kurangnya suplai jagung menyebabkan harga jagung untuk pakan ternak menjadi sangat mahal. Contohnya, di Lampung dengan kadar air 15 persen sudah mencapai Rp6.500 per kg.
Sementara, sambung Sudin, untuk Jawa Timur Rp6.900 hingga Rp7.000 per kg. Menurut dia, daerah yang masih agak murah terdapat di Sulawesi Selatan.
“Agak murah sedikit dibandingkan pulau Jawa,” ujar Sudin dalam rapat Komisi IV DPR, dengan Menteri Pertanian bersama dengan Badan Pangan Nasional, ID FOOD, Pupuk Indonesia dan anak usahanya, di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu, 8 November.
Menurut Sudin, suplai jagung yang kurang untuk pakan ternak ini berdampak pada kenaikan harga daging ayam dan telur.
“Sedangkan harga daging ayam dan telur ada HPP (Harga Pokok Pembelian) yang ditetapkan Kementerian Perdagangan betul kan Pak Kepala Badan (Arief Prasetyo Adi),” ujar Sudin.
Sudin pun bertanya kepada kepada Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi terkait dengan kedua komoditas tersebut.
“Daging (ayam) dan telur ada kenaikan enggak? Berapa persen?,” tanyanya.
“Ada Pak Ketua. Untuk telur, jadi awal (bulan November) Rp20.000-Rp23.000 (per kg). Kemudian posisi hari ini, Rp26.000 per kg sampai dengan Rp28.000 per kg,” ucap Arief.
Sudin pun bertanya kembali kenaikan harga daging ayam. “Kalau daging ayam?,” ucapnya.
“Untuk daging ayam harga acuan penjualan (HAP) Rp36.000 per kg,” jawab Arief.
Tak cukup, Sudin pun kembali menanyakan apakah kurangnya suplai jagung ini berdampak pada biaya produksi.
“Biaya produksi naik enggak?,” tanya Sudin.
Baca juga:
Arief pun membenarkan bahwa saat ini ada kenaikan biaya produksi.
“Naik semua ketua,” jawab Arief.
Sudin mengatakan bahwa kondisi kelangkaan jagung ini dimanfaatkan sebagai alasan untuk mengimpor gandum yang digunakan untuk pakan ternak.
“Untuk itu Menteri Pertanian agar melihat kembali target beberepa komoditas strategis pangan Indonesia. Hari ini adalah pelaksanaan pola tanam dengan IP 300 atau bahkan 400 tidak berdampak sekali terhadap peningkatan produksi bahkan mendorong terjadinya serangan hama, karena tidak ada waktu jeda pertanaman padi maupun jagung. Hal ini agar dijadikan perhatian Menteri Pertanian beserta jajaran,” ucapnya.