Laporan e-Conomy SEA: Perlu Perluasan Partisipasi Digital untuk Pertumbuhan Ekonomi Digital
JAKARTA - Sebuah laporan e-Conomy SEA terbaru yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Company memperkirakan Indonesia akan menjadi pasar pembayaran digital terbesar di Asia Tenggara, dengan proyeksi Gross Transaction Value (GTV) 760 miliar dolar AS pada tahun 2030.
Laporan ini menunjukkan bahwa pembayaran digital di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang stabil sebesar 10 persen per tahun 2023.
Di sisi lain, pinjaman digital juga diyakini akan terus tumbuh dengan nilai sebesar 15 miliar dolar AS (Rp234,6 triliun) pada 2025, lebih dari dua kali lipat proyeksi nilai tahun 2023 yakni 6 miliar dolar AS (Rp93,84 triliun).
“Sungguh luar biasa bahwa ekonomi digital Asia Tenggara terus mencatatkan pertumbuhan dua digit. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi digital Asia Tenggara memang tangguh," kata Aadarsh Baijal, Partner and Head of Vector in Southeast Asia, Bain & Company dalam siaran resminya dikutip Rabu, 8 November.
Baca juga:
- OpenAI Tawarkan Perlindungan Hukum untuk Pengguna Bisnis ChatGPT yang Terkena Masalah Pelanggaran Hak Cipta
- Google Rilis Pembuat Aset Iklan Berbasis AI Generatif di Performa Maksimal
- Beda Sikap dengan BlackRock, Vanguard Tolak ETF Bitcoin
- Regulator Antitrust Inggris Diberi Mandat untuk Mengatur Big Tech
Selain pasar pembayaran digital yang terus berkembang, kami percaya bahwa perilaku offline-to-online yang ada akan semakin menggenjot sektor layanan keuangan digital dan mendorong pertumbuhan yang signifikan di sektor pinjaman dan kekayaan,” kata Aadarsh Baijal, Partner and Head of Vector in Southeast Asia, Bain & Company.
Menurutnya, diperlukan perluasan partisipasi digital untuk memicu pertumbuhan lebih lanjut, termasuk dengan adopsi QRIS serta peningkatan penggunaan transfer bank dan kartu kredit, yang membuat pembayaran digital lebih mudah.