Menhub Budi Karya Minta Maskapai Perhatikan Daerah Terpencil: Jangan Hanya di Rute Gemuk
JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meminta maskapai nasional yang tergabung di dalam Indonesia National Air Carrier Association (INACA) tidak hanya memperhatikan rute-rute gemuk saja, tetapi juga di wilayah terpencil, terluar, tertinggal dan pedalaman (3TP).
“Kita jangan bicara soal rute gemuk saja. Jakarta-Bali, Jakarta-Makassar, tetapi bagaimana saudara kita yang di Saumlaki, saudara kita yang di Miangas, itu dapat terjangkau dengan baik,” tuturnya dalam acara CEO Talks INACA di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis, 2 November.
Budi mengatakan, pernerbangan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat.
Terutama di wilayah 3TP yang membutuhkan transportasi selain kapal laut.
“Itu merupakan basic need. Banyak teriakan, jeritan, tentang bagaimana kepastian untuk dijangkau konektivitas. Banyak juga yang merasa harganya terlalu mahal,” ucapnya.
Menurut dia, masyarakat di daerah terpencil terutama di wilayah timur Indonesia membutuhkan transportasi untuk menunjang produktivitas. Sementara di wilayah tersebut harga tiket pesawat sangat mahal.
Budi berujar, saat ini pertumbuhan industri penerbangan untuk rute domestik telah mencapai 85 persen.
Sementara rute internasional sudah 75 persen meskipun pemulihannya belum merata.
“Kita lihat di bandara-bandara utama terutama itu kesibukan luar biasa. Tapi berkebalikan pada bandara-bandara kecil baik di Jawa maupun luar Jawa itu kepadatannya sangat kurang,” katanya.
Turunkan Tarif Batas Atas di Daerah
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi berencana untuk merevisi TBA tiket pesawat pada daerah. Tetapi tidak semua daerah, melainkan hanya daerah dengan tingkat daya beli yang kurang baik.
“Kami tetap mengacu atau memperhatikan TBA ini, tapi mungkin TBA daerah tertentu yang kita lakukan, tidak semua,” katanya dalam acara CEO Talks INACA di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis, 2 November.
Baca juga:
Budi mengatakan, rencana penurunan TBA daerah ini mempertimbangkan daya beli masyarakat untuk membeli tiket pesawat yang masih rendah.
Terutama, kata dia, di wilayah timur Indonesia.
“Masyarakat juga daya beli terbatas. Terbukti dengan Indonesia bagian timur itu banyak yang tidak mampu naik pesawat, karena memang harganya tidak murah,” ucapnya.
Namun, Budi mengatakan penurunan TBA tiket pesawat ini harus dikaji secara komperhensif dari berbagai sisi.
Pasalnya, industri penerbangan Indonesia juga masih menghadapi tantangan.
Seperti pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan harga avtur hingga kelangkaan suku cadang pesawat.
“Jadi kita ini kan enggak bisa melihat one side, kita harus melihatnya 360 derajat,” katanya.