Gedung Putih Pastikan Amerika Serikat Tidak Mengirim Pasukannya ke Jalur Gaza
JAKARTA - Gedung Putih pada Hari Rabu memastikan, Amerika Serikat tidak akan menempatkan pasukannya di Jalur Gaza, Palestina dalam peran penjaga perdamaian di masa depan, saat mereka berdiskusi dengan sekutunya seperti apa Gaza pasca-konflik nantinya.
"Tidak ada rencana atau niat untuk menempatkan pasukan militer AS di Gaza, sekarang atau di masa depan,” kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan, melansir Reuters 2 November.
Lenih lanjut Kirby juga mengatakan Negeri Paman Sam tidak percaya kelompok militan Palestina Hamas, dapat terlibat dalam pemerintahan Jalur Gaza di masa depan, ketika perang dengan Israel berakhir.
Ketika Amerika Serikat dan sekutu serta mitranya mendiskusikan pilihan-pilihan untuk Gaza pascaperang, Kirby mengatakan bahwa menempatkan Hamas sebagai pemimpin akan menjadi masalah.
"Kami yakin Hamas tidak bisa menjadi masa depan pemerintahan di Gaza. Mereka tidak bisa," kata Kirby.
'Apa yang terjadi setelah konflik, kami belum memiliki semua jawabannya, namun kami bekerja sama dengan mitra kami di kawasan ini untuk mengeksplorasi seperti apa tata kelola pemerintahan di Gaza," urainya.
Mengenai potensi adanya krisis pengungsi di kalangan masyarakat yang tinggal di Gaza, Kirby mengatakan Amerika Serikat tidak mendukung pemukiman permanen warga sipil Gaza di luar Gaza, yang dijalankan oleh Hamas.
Baca juga:
- 420 Anak Tewas atau Terluka Setiap Hari, PBB: Gaza Menjadi Kuburan Ribuan Anak-anak
- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei Desak Negara-negara Muslim Boikot Israel
- Gelombang Pertama Pengungsi Tinggalkan Gaza untuk Menyeberang ke Mesir
- Dokumen Menteri Pertahanan Israel Tahun 2016 Prediksi Serangan Hamas, Diketahui PM Netanyahu
Ditambahkannya, dengan peningkatan jumlah korban warga sipil di Gaza dalam perang Israel-Hamas, ia mengatakan Washington tidak percaya sekarang adalah waktu untuk gencatan senjata secara umum, kendati ia mengatakan jeda kemanusiaan tetap diperlukan.
Diketahui, Israel membombardir dan memblokade Jalur Gaza, usai serangan Hamas terhadap wilayah selatannya pada 7 Oktober lalu, menyebabkan sekitar 300 tentara dan sekitar 1.100 warga sipil tewas, kata otoritas Israel.
Sementara, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 8.796 warga Palestina di wilayah kantong tersebut, termasuk 3.648 anak-anak, telah tewas sejak krisis terbaru pecah lebih dari tiga pekan lalu.