PDIP Khawatir Timbul Narasi ‘Dizalimi’ Jika Pecat Gibran, Golkar: Tidak Usah Dibuat Melankolis

JAKARTA - Ketua DPP Partai Golkar Nusron Wahid menanggapi pernyataan Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun yang khawatir timbul narasi "dizalimi" jika partainya memecat Gibran Rakabuming Raka usai jadi cawapres Prabowo Subianto.  

Nusron mengatakan, persoalan Gibran akan dipecat atau tidak dari keanggotaan partai sepenuhnya merupakan urusan PDIP. Namun, menurutnya, hal itu tidak perlu didramatisir. 

"Kalau mau dipecat ya monggo. Itu hak dan urusan internal PDIP. Tidak usah dibuat melankolis,” ujar Nusron Wahid kepada wartawan, Rabu, 1 November.

“Soal narasi ‘dizalimi', Ini fakta bukan 'drakor (drama korea) politik', sehingga tidak pakai narasi dan skrip drama. Semua jalan atas dasar fakta saja," sambungnya.

Nusron menilai, Gibran sudah menunjukan sikap gentleman sebagai seorang politisi dengan menemui Ketua DPP PDIP, Puan Maharani untuk pamit. Sikap itu diambil putra sulung Presiden Joko Widodo untuk memenuhi panggilan rakyat. 

"Karena ada panggilan dari rakyat untuk menjawab kebutuhan kepemimpinan Indonesia,” kata Nusron.

 

Sebelumnya, Ketua Bidang Kehormatan DPP PDI Perjuangan (PDIP), Komarudin Watubun mengungkapkan alasan partainya belum bersikap tegas terhadap Gibran Rakabuming Raka yang menerima menjadi bakal cawapres pendamping Prabowo Subianto. 

Komarudin meyakini, apabila PDIP memecat Gibran maka khawatir akan timbul narasi dizalimi.

"Kalau kita ambil tindakan tegas, pecat, nanti dia gunakan itu, 'waduh saya dizalimi', itu sudah lagu lama," kata Komarudin, Selasa, 31 Oktober.

Komarudin juga menyinggung soal ramainya desakan pengembalian Kartu Tanda Anggota (KTA) PDIP. Menurutnya, hal itu tak perlu didramatisasi.

"Jadi sebenarnya tidak perlu ada banyak sandiwara lagi harus kasih kembali KTA. Kalau sudah berani pindah ke sana kembalikan KTA kok repot saja urusan begitu," kata Komarudin.