Penyebab Harga BTC Naik Selain ETF Bitcoin
JAKARTA – Bitcoin sebagai aset kripto terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasarnya, kembali menarik perhatian publik. Pasalnya Bitcoin tiba-tiba melonjak signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Kenaikan BTC terjadi setelah beberapa bulan sebelumnya pasar kripto anjlok. Lonjakan harga BTC rupanya disebabkan oleh sejumlah faktor.
Platform analitik data kripto Kaiko baru-baru ini membagikan informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kenaikan harga Bitcoin. Menurut Kaiko, ada empat faktor yang berkontribusi terhadap reli terbaru Bitcoin hingga mencapai 35.000 dolar AS (sekitar Rp500 jutaan), yaitu volume perdagangan, likuiditas yang stabil, volatilitas dan Exchange Traded Funds (ETF) Bitcoin.
Pertama, volume perdagangan Bitcoin telah mengalami pergeseran dalam enam bulan terakhir. Meskipun terjadi perlambatan volume perdagangan dan volatilitas yang lebih rendah selama musim panas, perubahan signifikan terjadi dalam dua minggu terakhir, terutama karena ada desas-desus tentang persetujuan palsu ETF Bitcoin spot yang terkait dengan BlackRock.
Kedua, Kaiko mencatat bahwa pasar tampaknya tidak terlalu memperhatikan tekanan harga Bitcoin yang mencapai level tertinggi sejak Mei 2022. Meskipun harga sedang meningkat, likuiditas Bitcoin tetap stabil, dengan penawaran dan permintaan pada buku pesanan sekitar 1% dari harga tengah, yang tetap stabil selama dua minggu terakhir di sekitar 100 juta dolar AS (Rp1,5 triliun).
Baca juga:
Ketiga, Kaiko menyampaikan bahwa pasar mengharapkan volatilitas jangka pendek tanpa adanya pemicu volume selama bulan Desember. Salah satu pemicu yang mungkin mempengaruhi pasar adalah antisipasi berita tentang ETF Bitcoin spot dari SEC yang dijadwalkan akan dirilis pada bulan Januari.
Secara keseluruhan, Kaiko mencatat bahwa korelasi Bitcoin dengan ekuitas, termasuk Nasdaq 100, telah menurun menjadi wilayah negatif untuk pertama kalinya sejak Juli. Hal ini bisa menjadi indikasi bahwa harga Bitcoin juga dipengaruhi oleh perang geopolitik antara Israel dan Hamas.
Meskipun ada analisis yang menunjukkan pergerakan harga Bitcoin yang terpengaruh faktor-faktor ini, para ahli tetap optimis terhadap potensi pertumbuhan Bitcoin dalam jangka panjang.
Robert Kiyosaki, penulis Rich Dad Poor Dad, misalnya, telah merekomendasikan alokasi 25% untuk Bitcoin dan Real Estate kepada para investor sebagai langkah untuk menghindari potensi keruntuhan ekonomi di masa depan, dengan target harga Bitcoin mencapai 135.000 dolar AS (Rp2,1 miliar).
Selain itu, pemimpin Ark Invest, Cathie Wood juga percaya bahwa harga Bitcoin bisa mencapai 1 juta dolar AS (Rp15,9 miliar) pada tahun 2030, dengan persetujuan ETF BTC sebagai salah satu potensi pendorong pertumbuhan ini. Dengan demikian, pasar akan memainkan peran penting dalam menentukan arah harga Bitcoin ke depan.