Kecam Uni Eropa Gagal Serukan Gencatan Senjata, Presiden Erdogan: Berapa Banyak Lagi Anak yang Harus Mati?

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Hari Kamis mengatakan, serangan terhadap Jalur Gaza telah melampaui ambang batas pertahanan dan membela diri, berubah menjadi pembantaian.

"Tidak ada seorang pun yang mengharapkan kita untuk tetap diam, ketika kekejaman terjadi di depan mata kita," ujar Presiden Erdogan dalam pertemuan di Ankara, dilansir dari Anadolu 27 Oktober.

Lebih lanjut, Presiden Erdoogan mengkritik Uni Eropa (UE) lantaran gagal menyerukan gencatan senjata Jalur Gaza.

"Berapa banyak lagi anak yang harus mati agar Komisi UE menyerukan gencatan senjata?" tanya Presiden Erdogan.

"Berapa banyak lagi bom yang harus dijatuhkan di Gaza agar Dewan Keamanan PBB dapat mengambil tindakan?" tambahnya, melanjutkan kritik terhadap ketidakefektifan badan tersebut.

Presiden Erdogan menilai Barat gagal melihat kekerasan yang terjadi di Gaza, "karena darah yang ditumpahkan adalah darah Muslim," seperti dikutip dari The Times of Israel.

Sebelumnya, juru bicara utama Komisi Eropa untuk urusan luar negeri Peter Stano pada Hari Rabu mengatakan, blok tersebut belum menyerukan gencatan senjata karena "serangan" yang sedang berlangsung dari kelompok Palestina Hamas.

Stano menegaskan kembali posisi UE dan dukungannya terhadap Israel.

"Mereka yang dengan mudah memberikan penilaian terhadap hak asasi manusia dan kebebasan ketika ada kesempatan, telah mengabaikan hak hidup kaum tertindas di Gaza selama 19 tahun," tegas Presiden Erdogan.

Ditambahkan olehnya, sejak konflik dimulai tiga pekan lalu, Turki telah mengirimkan bantuan lebih dari 200 ton melalui Mesir. Beberapa hari belakangan, Israel mengizinkan sedikit bantuan memasuki Jalur Gaza, jauh dari kebutuhan 2,3 juta penduduknya.

Konflik terbaru pecah saat kelompok militan Hamas Palestina melancarkan serangan ke selatan Israel pada 7 Oktober lalu, diklaim menewaskan sekitar 1.400 orang di negara itu.

Israel mengambil tindakan balasan dengan terus membombardir wilayah Gaza, serta menerapkan blokade total terhadap wilayah tersebut, sehingga kekurangan bahan bakar, makanan, air dan kebutuhan medis.

Hingga Hari Kamis, Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi, jumlah korban tewas warga Palestina akibat serangan Israel terhadap Jalur Gaza mencapai 7.028 jiwa, mengutip Daily Sabah.

Juru bicara kementerian Ashraf al-Qedra menguraikan, jumlah korban tewas, termasuk sekitar 2.913 anak-anak, 1.709 wanita dan 397 orang lanjut usia. Sedangkan korban luka-luka mencapai 18.484 orang.

Diketahui, jumlah korban tewas kali ini tercatat menjadi yang tertinggi di Gaza, sejak Israel menarik diri dari wilayah tersebut tahun 2005 silam.

"Pendudukan Israel dengan sengaja melakukan 731 pembantaian terhadap keluarga. Kami menerima 1.650 laporan orang hilang, termasuk 940 anak-anak yang masih tertimbun reruntuhan," ungkap al-Qedra.

Ia menambahkan, pasukan Israel dengan sengaja menargetkan 57 fasilitas layanan kesehatan, menyebabkan 12 rumah sakit dan 32 pusat perawatan primer tidak berfungsi, serta 101 petugas medis tewas dalam serangan tersebut.