Rishi Sunak Tekankan Hanya Negara yang Mampu Tangani Risiko Kecerdasan Buatan

JAKARTA - Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak, menyatakan bahwa hanya pemerintah yang dapat mengatasi risiko yang ditimbulkan oleh Kecerdasan Buatan (AI). Pasalnya, teknologi ini menurutnya, dapat memudahkan pembuatan senjata kimia atau biologis, serta menyebarkan ketakutan, dan dalam skenario terburuk, lepas dari kendali manusia.

Sebelum konferensi global yang akan diselenggarakan minggu depan untuk mengkaji risiko teknologi AI, Sunak mengungkapkan harapannya agar para peserta bisa sepakat mengenai sifat risiko-risiko tersebut dan mendirikan panel global untuk menilainya.

"Inggris akan mendirikan sebuah lembaga keamanan kecerdasan buatan (AI) untuk mengkaji, mengevaluasi, dan menguji jenis AI baru sehingga kita memahami apa yang mampu dilakukan setiap model baru, menjelajahi semua risiko mulai dari kerugian sosial seperti bias dan disinformasi hingga risiko paling ekstrem," ujar Sunak, dikutip VOI dari Reuters.

Perwakilan dari perusahaan-perusahaan AI, pemimpin politik, dan para ahli akan bertemu di Bletchley Park - tempat pekerja kode-kode Britania pada Perang Dunia II - di selatan Inggris pada tanggal 1-2 November.

"Jika kita salah mengatasi ini, AI bisa membuat lebih mudah pembuatan senjata kimia atau biologis," kata Sunak. "Dan dalam kasus yang paling tidak mungkin tetapi ekstrem, ada bahaya bahwa manusia bisa kehilangan kendali sepenuhnya terhadap AI."

Sunak ingin Inggris menjadi pemimpin global dalam hal keamanan AI, memposisikan diri setelah Brexit di antara blok ekonomi bersaing Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa.

Menurut agenda acara itu, sekitar 100 peserta dalam pertemuan minggu depan akan membahas topik-topik termasuk kemajuan AI yang sulit diprediksi dan potensi kehilangan kendali manusia atasnya, .

Sunak mengatakan China telah diundang, tetapi ia tidak dapat menjamin bahwa seorang perwakilan dari negara tersebut akan hadir. Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris, dan CEO Google DeepMind, Demis Hassabis, masuk dalam daftar tamu yang akan hadir.

Pemimpin dari kelompok tujuh ekonomi (G7), yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, pada bulan Mei telah menyerukan adopsi standar untuk menciptakan AI yang dapat dipercaya dan mendirikan forum menteri yang dinamakan Proses AI Hiroshima.