Tahun Baru Imlek yang Tidak Biasa untuk Bisnis Transportasi Thailand

JAKARTA - Ada suasana yang berbeda di pusat ibu kota Thailand, Bangkok jelang Tahun Baru Imlek 2572 kali ini. Jika biasanya seminggu jelang Tahun Baru Imlek kesibukan di Bangkok meningkat, tahun ini pandemi COVID-19 membuat suasana jauh lebih sepi.

Tak hanya geliat manusianya, sejumlah kendaraan yang biasanya digunakan wisatawan dan warga lokal, seperti Tuk-tuk, bus wisata dan perahu terparkir rapih, seiring dengan berkurangnya kunjungan wisatawan asing.  

Ya, bisnis transportasi di Thailand sangat terpukul dengan pandemi yang terjadi. Biasanya, saat Tahun Baru Imlek terjadi lonjakan pengeluaran dan perjalanan di antara orang Thailand, diikuti masuknya pengunjung dari China dan sejumlah negara lain di Asia. 

Tapi, pandemi telah menjungkirbalikkan bisnis transportasi Thailand, membuat banyak pengemudi dan pemilik berjuang untuk memenuhi kebutuhan. Survei dalam negeri memperkirakan, pengeluaran Tahun Baru Imlek kali akan mengalami penurunan paling tajam dalam 13 tahun.

Deretan Tuk-tuk terparkir tanpa penumpang. (Wikimedia Commons/PhiPhi)

“Tuk-tuk ini telah diparkir selama setahun. Anda dapat melihat semuanya tertutup debu,” kata pemilik garasi Kraisak Kulkiatprasert, yang sekarang menyewakan kurang dari 10 kendaraan sehari, melansir Reuters.

“Saya akan memantau situasi selama satu tahun lagi. Jika tidak membaik, saya harus menutupnya," ujarnya yang di masa sebelum pandemi bisa mengoperasikan 100 Tuk-tuk per hari.

Cerita menyedihkan juga datang dari pengemudi Tuk-tuk Campon Taikae (50). Mengemudi selama berjam-jam, Taikae mengaku hanya mendapatkan penghasilan sebesar 50 baht atau 1,70 dolar Amerika Serikat. Namun, ia tetap menjalankan profesi ini lantaran tidak memiliki pekerjaan lain.  

Di bagian lain Bangkok, bus wisata juga bernasib setali tiga uang, terparkir dalam rangkaian panjang, tanpa penumpang turis dan kondisinya berdebu. 

“Sebelum pandemi COVID-19, saya tidak pernah kekurangan pekerjaan,” kata pengemudi Tossaporn Rakratchakarn, saat membersihkan kaca depan kendaraannya yang penuh debu.

Ilustrasi perahu wisata. (Wikimedia Commons/Luca Nebuloni)

“Saya biasanya menurunkan turis dan menjemput kelompok lain. Sudah setahun sekarang dan tidak ada pergerakan sama sekali, "tambah Tossaporn, yang bahkan pernah kembali ke desa asalnya untuk merawat kolam ikan.

Sementara itu, Presiden Asosiasi Operator Transportasi Thailand Wasuchet Sophonsathien mengungkapkan, saat ini hanya sepersepuluh dari 40 ribu bus wisata Thailand yang masih beroperasi. 

Ceritanya sama untuk banyak kapal wisata dan kapal feri. Mani Hogkhontod, salah satu pengemudi kapal wisata menuturkan, keadaan saat ini benar-benar berbeda dibanding masa lalu, saat penumpang memenuhi kapalnya. 

“Saya sudah berpikir untuk mencari pekerjaan baru, tapi saya khawatir saya harus mulai dari nol, karena pengalaman kerja dan usia saya,” katanya.