Transformasi Pertanian Disebut Moeldoko Bisa Jawab Tantangan Regenerasi Petani
JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menyebutkan bahwa salah satu ancaman dunia dalam sektor agrikultur adalah regenerasi petani. Mengusung konsep “Meta Farming”, mereka menciptakan teknologi bertani modern, termasuk dalam pemanfaatan lahan yang terbatas.
Sebelumnya, Moeldoko menghadiri Forum Pangan Dunia atau World Food Forum (WFF) yang dilaksanakan di kantor pusat FAO tanggal 16-20 Oktober di Roma, Italia menyuarakan aksi nyata dalam menghadapi ancaman tersebut dengan mengajak anak muda untuk melakukan transformasi pertanian untuk bersama-sama menghadapi tantangan tersebut.
“Dulu bertani itu identik dengan berlumpur, tapi sekarang kita harus melibatkan generasi muda dengan pendekatan baru. Mereka punya konsep yaitu dengan pendekatan teknologi seperti IoT dan AI yang dikembangkan menjadi cara bertani di masa depan,” ujar Moeldoko pada acara Maju Tani Nusantara di Jakarta, Senin 23 Oktober.
Tidak hanya permasalahan regenerasi petani, Moeldoko turut menyebutkan dengan bertambahnya populasi dan sempitnya lahan saat ini menjadi tantangan tersendiri dalam persoalan pertanian dari waktu ke waktu.
Dalam menghadapi permasalahan tersebut, paradigma baru perlu dilakukan dalam pengelolaan lahan yang lebih modern, salah satunya dilakukan dengan pengembangan smart meta farming.
“Pembaharuan ini membuat anak muda tertarik, bahkan mereka bisa melampaui batas-batas pertanian tradisional,” imbuh Moeldoko.
Pada kesempatan tersebut, Moeldoko yang juga selaku Ketua Umum Himpunan Tani Indonesia (HKTI) mendukung Gerakan Maju Tani untuk mewadahi generasi muda yang tertarik dengan pengembangan pertanian.
Dalam wadah tersebut, para anak muda melakukan smart farming dengan model meta farming untuk menyiasati tantangan di sektor pertanian.
Keterlibatan anak muda dalam melakukan riset dan inovasi pada sektor agrikultur, jelas Moeldoko merupakan modalitas untuk membajak krisis pangan menjadi peluang-peluang kemajuan baru bagi Indonesia.
Salah satunya dengan inovasi Indonesia yang terus mengembangkan benih padi MD 70 guna mendukung produksi beras. Benih padi MD 70 ini memungkinkan panen beras hanya dalam 70 hari (bandingkan dengan waktu biasanya yang memerlukan 110 hari) dengan hasil mencapai 9 ton per hektar.
“Saya kolaborasikan mereka dengan petani dari generasi X dan baby boomer, sehingga ada pertukaran antara wisdom dan technology. Wisdom dari petani tradisional, teknologi dari anak muda, yang kalau dikolaborasikan akan menjadi hal yang luar biasa,” kata Moeldoko.
Pada kesempatan tersebut, Moeldoko turut menyebutkan bahwa gerakan maju tani ini, tidak hanya berhenti pada inovasi teknologi. Sosialisasi akan terus dilakukan langsung kepada masyarakat di lapangan.
Baca juga:
- Ketua MK Anwar Usman dan Jokowi Sekeluarga Dilaporkan ke KPK atas Dugaan Nepotisme
- Alva Resmi Buka Alva Experience Center di Surabaya, Dorong Penggunaan Kendaraan Ramah Lingkungan
- Komet Iblis, Lebih Besar dari Gunung Everest, Sedang Mendekati Bumi
- Mazda Pastikan Peluncuran SUV Baru CX-70 Ditunda hingga 2024
“Kita berharap kontribusi gerakan ini nyata, karena seeing is believing,” pungkasnya.
Sebagai informasi, gerakan Maju Tani Nusantara merupakan wadah gerakan anak-anak muda dalam melakukan transformasi dan pengembangan di sektor pertanian. Mengusung konsep “Meta Farming”, mereka menciptakan teknologi bertani modern, termasuk dalam pemanfaatan lahan yang terbatas.