Pakar Keamanan Kaspersky Temukan Penipuan Berkedok Donasi Israel-Hamas
JAKARTA - Penipuan amal palsu sering terjadi, sering kali mengeksploitasi bencana atau keadaan darurat yang nyata. Sayangnya, konflik Israel-Hamas juga demikian.
Pakar keamanan siber Kaspersky telah mengidentifikasi adanya kampanye penipuan yang mengeksploitasi konflik Israel-Hamas, berkedok donasi yang pada akhirnya berujung pada pencurian uang.
Perusahaan mengamati lonjakan email penipuan yang ditulis dalam bahasa Inggris, yang secara palsu meminta sumbangan bagi mereka yang terkena dampak konflik. Solusi keamanan perusahaan mendeteksi setidaknya ada lebih dari 540 email semacam itu.
Kaspersky menjelaskan bahwa penyerang menggunakan teknik rekayasa sosial canggih untuk mengeksploitasi keinginan masyarakat untuk membantu dan mencoba memikat calon korban agar memberikan donasi palsu.
Dalam kasus ini, penyerang menyamar sebagai organisasi amal dan menggunakan bahasa emosional untuk membujuk pengguna agar mengeklik tautan situs web penipuan, dan kemudian mereka akan diminta untuk berkontribusi.
Menurut Andrey Kovtun, pakar keamanan di Kaspersky, email penipu ini memiliki beberapa variasi untuk menghindari filter spam. Misalnya dengan mengganti kata 'bantuan' menjadi 'dukungan'.
Baca juga:
- Twitch akan Memungkinkan Siaran Langsung ke Platform Streaming Lain
- SharkNinja Digugat Terkait Klaim Produknya Tahan Tiga Kali Panas Permukaan Matahari
- Instagram Uji Coba Fitur untuk Membuat Stiker Khusus dari Foto Pribadi
- Hacker Mampu Memanfaatkan Celah di Akun X CIA untuk Mengarahkan Informan ke Saluran Telegram Pribadinya
“Dalam email ini, penipu mencoba membuat beberapa variasi teks untuk menghindari filter spam. Selain itu, mereka mengubah tautan dan alamat pengirim. Solusi keamanan siber yang kuat dapat mencegah taktik ini,” tambah Kovtun.
Tautan yang digunakan dalam email ini nantinya akan mengarahkan korban ke situs web penipuan. Penipu memfasilitasi transfer uang dengan mudah, menawarkan opsi untuk berbagai transaksi mata uang kripto – Bitcoin, Ethereum, Tether, hingga Litecoin.
Situs palsu sering kali tidak memiliki informasi utama tentang penyelenggara amal, penerima, dokumentasi legitimasi, atau kurang transparan mengenai penggunaan dana.
Untuk itu, Kaspersky mengimbau pengguna untuk tetap waspada dan mengambil langkah proaktif untuk memverifikasi penerima donasi mereka.